Pengamat: Kalau Harga Premium Turun Negara Dirugikan

Kamis, 08 Oktober 2015 - Luhung Sapto

MerahPutih Bisnis - Pemerintah memutuskan tidak menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium. Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian menilai langkah pemerintah itu sudah tepat.  

Jika harga premium diturunkan dikhawatirkan dapat mendorong konsumsi masyarakat. Sehingga meningkatkan impor minyak yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero).

"Saya setuju pemerintah tidak menurunkan harga BBM jenis premium. Karena jika harga premium diturunkan, dikhawatirkan konsumsi masyarakat jadi meningkat dan impor BBM jenis Ron 88 jadi bertambah," ujar Dzulfian dalam acara diskusi publik di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Pusat, Kamis (8/10).

Menurutnya di tengah gejolak ekonomi global yang berdampak juga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah harus bisa menjaga defisit neraca perdagangan.

"Kalau harga premium diturunkan konsumsi masyarakat akan meningkat, impor minyak jadi bertambah. Maka defisit neraca perdagangan semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi nilai tukar rupiah," jelasnya.

Lagi pula, sambung Dzulfian, meskipun harga premium diturunkan tidak terlalu terasa pengaruhnya. Sebab, harga-harga bahan kebutuhan pokok dan tarif angkutan tidak otomatis ikut menurun. Berbeda jika pemerintah menaikan harga premium. Harga-harga bahan kebutuhan pokok ikut mengalami kenaikan.

"Kalau harga premium turun tidak mempengaruhi harga kebutuhan pokok. Sebaliknya, kalau nanti harga premium naik lagi, harga kebutuhan pokok pasti naiknya tinggi banget. Jadi masyarakat semakin keberatan," pungkasnya. (rfd)

Baca Juga: 

  1. Harga Premium Tetap, Harga Solar Turun Jadi Rp6.700 per Liter
  2. Harga BBM Premium Tidak Naik Sampai Akhir 2015
  3. Jokowi Minta Pertamina Turunkan Harga Premium
  4. Minyak Dunia Anjlok, Pemerintah Ogah Turunkan Harga Premium
  5. Premium Tidak Naik, Pertamina Merugi Rp14,7 Triliun

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan