Pemimpin Dunia Didesak Bergerak Bersama Hentikan Genosida di Gaza

Sabtu, 26 Oktober 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Israel terus melancarkan serangan dahsyat di Gaza sejak serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada bulan Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 42.800 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas, dan lebih dari 100.500 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan parah akan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Pelapor Khusus PBB untuk kesehatan, Tlaleng Mofokeng, pada Jumat (25/10) mendesak para pemimpin dunia untuk menggunakan pengaruh mereka guna menghentikan genosida di Gaza.

Baca juga:

Menlu Yordania Bilang ke Blinken agar Segera Atasi Situasi Kemanusiaan di Gaza, Di sana Terjadi Pembersihan Etnis

"Kami hanya butuh semua pemimpin dunia untuk mengerahkan kekuatan ekonomi, politik, dan diplomatik yang mereka miliki agar genosida ini segera berakhir," kata Mofokeng kepada wartawan dalam konferensi pers di New York.

Mofokeng menekankan, hak atas kesehatan telah menjadi "tak tertahankan" di tengah kekerasan tanpa henti oleh Israel.

Tenaga kesehatan kini kelelahan, dilecehkan, terbunuh, dan dihalangi untuk melaksanakan tugas mereka sebagai penanggap pertama.

Mofokeng menggambarkan kondisi mengerikan di wilayah Palestina yang diduduki, di mana para profesional kesehatan harus bekerja.

Banyak di antara mereka yang terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi atau obat-obatan penting.

“Kita semua menjadi saksi serangan terhadap praktik kedokteran itu sendiri,” katanya, sekaligus memperkenalkan istilah baru, "medisida", untuk menggambarkan serangan sistematis yang luas oleh Israel terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas medis.

"Genosida ini menunjukkan betapa luar biasanya kerja dokter, tenaga kesehatan, dan pekerja perawatan lainnya dalam membela hak asasi manusia,"

Ia memuji mereka sebagai para pengambil sumpah yang menolak meninggalkan pasien dan tetap merawat mereka, meski menyadari risiko terhadap diri mereka sendiri.

Dalam komunikasi berkelanjutan dengan pejabat Israel, Mofokeng menyampaikan, sedang berkoordinasi dengan para pakar PBB lainnya untuk menuntut akuntabilitas, penyelidikan, dan gencatan senjata segera.

"Kita telah membuka tingkatan baru yang tidak dapat kita batalkan," katanya. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan