Pelukis Arie Smith Meninggal Dunia

Jumat, 25 Maret 2016 - Luhung Sapto

MerahPutih Budaya - Arie Smith, seniman lukis asal Belanda, yang mukim di Bali hampir separuh hidupnya tutup usia. Seniman yang separuh hidupnya menetap di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar Bali meninggal dunia dalam usia 100 tahun.

"Maestro yang lebih dikenal Arie Smith itu menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan intesif di Rumah Sakit Puti Raharja Rabu malam (23/3) pukul 20:30 Wita," kata Pande Wayan Suteja Neka, pendiri dan pengelola Museum Neka Ubud yang merawat dan memelihara almarhum, Jumat (25/3) seperti dikutip Antara News.

Ia mengatakan, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Universitas Udayana dan doa kebhaktian dilakukan pada hari Kamis (24/3).

Seusai doa kebhaktian jenazah Arie, yang penganut Kristen, akan dikremasi di Krematorium Kristen Mumbul Nusa Dua dan abu jenazah ditaburkan di Pantai Matahari Tebit Sanur.

Pande Wayan Suteja Neka menjelaskan, almarhum selama empat tahun terakhir mengalami kelumpuhan dan buta sehingga tidak bisa melakukan aktivitas.

Arie Smith yang datang ke Bali sejak tahun 1956 mendidik dua pemuda gembala (pengangon) bebek yakni Nyoman Cakra dan Ketut Saki untuk menekuni dunia seni lukis beraliran Young Artist, seperti juga Arie. Dari dua orang muridnya itu, terus bertambah hingga akhirnya mencapai 50-an orang.

Upaya "mencetak seniman" itu ternyata berhasil, dengan mulainya sebagian pemuda di desa setempat ikut tertarik menekuni aktivitas di atas kanvas. Kesejahteraan masyarakat di Ubud perlahan mulai meningkat. 

Arie Smith pada masa enerjiknya dinilai sangat kreatif menghasilkan banyak karya seni bermutu dan menjadi pajangan koleksi museum Bali dan Penang Museum di Malaysia . 

Pernah menggelar pameran di berbagai kota besar di mancanegara antara lain Jakarta, Singapura, Honolulu dan Tokyo.

Berkat prestasinya dalam bidang seni yang sangat menonjol dan kepedulian terhadap masyarakat Bali dalam mengajarkan seni lukis dan seni patung pernah mendapat anugrah "Seni Dharma Kusuma" penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali tahun 1992 dan penghargaan Wija Kusuma dari Pemkab Gianyar.

Selain itu ia pernah mendapat anugrah "Lempad dari Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa yang bekerja sama dengan Sanggar Dewata Indonesia (SDI).

BACA JUGA:

  1. Semana Santa Tradisi Paskah Unik di Larantuka NTT
  2. Minim Apresiasi dan Perhatian Pemda, Seniman Lebak Mengeluh
  3. Perpustakaan dan Arsip Daerah Lebak Gelar Lomba Cerita Rakyat
  4. Melacak Jejak Misionaris Awal di Lebak Banten
  5. Kembali ke Zaman Megalitikum Lewat Situs Lebak Kosala di Banten

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan