Oppenheimer, si 'Ayah' Bom Atom

Kamis, 20 Juli 2023 - Andreas Pranatalta

NAMA Oppenheimer tengah ramai diperbincangkan di media sosial seiring penayangan film karya Christopher Nolan berjudul Oppenheimer. Film itu sudah bisa kamu saksikan di bioskop Tanah Air sejak Rabu (19/7)

Jika kamu baca sinopsisnya, Oppenheimer berhubungan dengan Perang Dunia II, bom atom, hingga fisikawan. Ya, judul film ini mengambil nama Julius Robert Oppenheimer, seorang ilmuwan fisika berkebangsaan AS. Oppenheimer juga dikenal sebagai 'bapak bom atom'.

Julukan tersebut diperoleh saat AS tengah menjalankan Proyek Manhattan di Laboratorium Los Alamos selama Perang Dunia II. Kala itu, Oppenheimer menjabat sebagai direktur dan bertanggung jawab melakukan riset dan desain bom atom. Mereka berkejaran dengan ilmuan NAZI Jerman dan Soviet yang juga mengemban misi serupa.

Instruksi pembuatan bom atom didorong oleh surat kiriman fisikawan Albert Einstein kepada Presiden AS Franklin Roosevelt. Einstein memperingatkan kemungkinan munculnya bencana kemanusiaan jika NAZI berhasil mengembangkan dan membuat bom atom.

Melansir laman History, J Robert Oppenheimer lahir pada 22 April 1904 di New York, AS. Dia berasal dari keluarga imigran Yahudi-Jerman.

Oppenheimer menempuh pendidikan tinggi di Universitas Harvard dan mempelajari kimia pada 1922. Pada 1927, Dia menerima gelar doktor dan menjadi profesor di University of California dan California Institute of Technology.

Baca juga:

Christopher Nolan Konfirmasi 'Oppenheimer' Dibuat tanpa CGI

Setelah lulus, Oppenheimer berangkat ke Cambridge, Inggris, untuk memulai pekerjaan. Ia pertama kali bekerja di Laboratorium Cavendish di bawah pemenang Nobel J.J. Thomson dan memulai penelitian atomnya.

Setelah AS bergabung dengan Sekutu pada 1941, Oppenheimer diminta bepartisipasi dalam Proyek Manhattan yang sangat rahasia. Kemudian, pada 16 Juli 1945, Oppenheimer dan orang-orang yang terlibat dalam proyek tersebut menyaksikan ledakan bom atom pertama di padang pasir di AS.

Pada 6 Agustus, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang, dan memusnahkan 90 persen kota. Sebanyak 80 ribu orang tewas pada saat itu.

Tiga hari kemudian, AS membunuh 40 ribu orang di Nagasaki dengan bom lain. Jepang pun menyerah beberapa hari setelah pengeboman kedua. Perang Dunia II pun berakhir.

Pada malam pengeboman Hiroshima, Oppenheimer dihibur oleh kerumunan rekan ilmuwan di Los Alamos. Dia menyatakan bahwa satu-satunya penyesalannya adalah bom tersebut belum selesai tepat waktu untuk digunakan melawan Jerman.

Dilansir National Geographic, meski mereka senang dengan capaian tersebut, para ilmuwan merasa takut dengan hilangnya nyawa warga sipil dalam serangan itu. Mereka khawatir masa depan senjata akan mendorong perang pada masa depan.

BACA JUGA:

Anti CGI, Christopher Nolan 'Hancurkan' Pesawat 747 di Film 'Tenet'

Siapa Itu Oppenheimer?
Julius Robert Oppenheimer dijululki sebagai 'bapak bom atom'. (Foto: Wikipedia)

Beberapa minggu setelah pengeboman, Oppenheimer menulis surat kepada Sekretaris Perang memeringatkan bahwa, "Keamanan bangsa ini, tidak sepenuhnya atau bahkan terutama terletak pada kehebatan ilmiah atau teknisnya. Itu hanya dapat didasarkan pada membuat perang pada masa depan menjadi tidak mungkin."

Namun Oppenheimer juga membela Proyek Manhattan dan bom yang ditugaskan kepadanya untuk dibuat. Alasannya, orang perlu sepenuhnya memahami kemungkinan pengembangan ilmu nuklir.

Pada 1947 hingga 1952, Oppenheimer menjabat sebagai penasihat Komisi Energi Atom AS. Posisi ini ia manfaatkan untuk mendorong perlunya kontrol internasional untuk mencegah proliferasi senjata nuklir dan juga mendesak penghentian perlombaan senjata antara AS dan Uni Soviet. Banyak usulannya terkait pengembangan bom atom yang ditolak oleh pejabat AS.

Pada 1963, Presiden AS John F. Kennedy menganugerahi Oppenheimer Penghargaan Enrico Fermi. Pada tahun-tahun terakhir hayatnya, Oppenheimer terus melobi untuk kontrol internasional senjata nuklir dan energi atom.

Oppenheimer tahu bahwa bom atom bukan lagi urusan ilmuwan, tapi juga umat manusia. Sayangnya, kuasa atas penggunaan bom atom tak sepenuhnya ada pada ilmuwan.

Oppenheimer meninggal pada 18 Februari 1967 akibat kanker tenggorokan di Princeton, New Jersey. Ia meninggalkan istri bernama Katherine Puening dan tiga anak. Anak pertama bernama Peter dan anak kedua bernama Katherine. Terakhir, 'anak' ketiganya bernama bom atom.

Steve Sheinkin, penulis buku Bomb, mengibaratkan Oppenheimer sebagai seorang ayah yang tak punya kendali lagi atas 'anaknya'. (and)

BACA JUGA:

Hampir 2 Dekade Bersama Warner Bros., Kali Ini Christopher Nolan Membuat Film Untuk Universal

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan