Nien Kau, Jembatan Peradaban dan Tradisi Leluhur Etnis Tionghoa

Jumat, 27 Januari 2017 - Luhung Sapto

Imlek, bukan hanya identik dengan gantungan kemilau Lampion. Nien Kau, jenis makanan khas perayaan Imlek yang dinamai oleh masyarakat Banten dengan sebutan Kue Tutun, punya sejarah yang panjang.

Seorang warga muslim keturunan etnis Tionghoa Kota Serang Iwan Subakti mengatakan, Nien Kau adalah jembatan peradaban dan tradisi leluhur etnis Tionghoa.

"Menurut cerita turun temurun, Kue Tutun berasal dari negeriyang mempunyai empat musim. Ketika menghadapi musim dingin yang hebat, penduduknya mempersiapkan diri dengan membuat stok bahan makanan khusus yang dapat bertahan lama, dan memberikan energi penuh. Karena pada musim dingin, otomatis segala kegiatan diluar rumah terhenti," katanya, Kamis, (26/1).

Nien Keu berarti kue tahunan, selain di Banten, masyarakat Jawa Barat juga menyebutnya Kue Tutun, di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih mengenalnya dengan sebutan Kue Keranjang.

"Tapi secara umum, masyarakat menyebutnya Dodol Cina," tambahnya.

Menjelang tahun baru Imlek, masyarakat Etnis Tionghoa akan membagi-bagikan jenis kue tersebut kepada kerabat dan sahabat, dan juga masyarakat yang membutuhkan, tidak hanya kepada yang masih hidup saja, tetapi juga kepada yang sudah wafat, menjadi sesajen dalam sembahyang.

Tulisan ini dibuat berdasarkan laporan Sucitra De, kontributor merahputih.com untuk wilayah Banten dan sekitarnya. Baca juga ulasan Sucitra tentang orang Cina muslim yang datang ke Kerajaan Sunda Wahanten Girang di Empeh Banten, Muslim Tionghoa Berpengaruh dan Disegani.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan