Menikmati Batavia Lama di Sunda Kelapa
Selasa, 14 Agustus 2018 -
JAKARTA lama seolah terlupakan. Kota Tua hanya berdiam menyimpan ribuan kata bermakna sejarah. Wisata di Jakarta bukan melulu tentang mal dan taman rekreasi. Datanglah ke utara Jakarta, tempat pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan yang tidak pernah bisa lepas dari riwayat Jakarta.
Merengguk Batavia Lama sangat terasa ketika memasuki area pelabuhan Sunda Kelapa. Kapal-kapal phinisi bersandar dengan tenangnya menunggu muatan penuh. Seolah raksasa lautan tengah mendapatkan makanannya. Sebelum kenyang, tak akan berlayar.

Melihat dari dekat kegiatan pelabuhan Sunda Kelapa dan kekokohan kapal-kapal itu seolah melemparkan diri kembali ke abad lampau. Gambar Sunda Kelapa mungkin sudah terekam oleh ribuan kamera. Hal yang memang tidak dapat dihindari, memotret suasana di Sunda Kelapa, demikian Destinasi Indonesia menggambarkan pelabuhan lama itu.
Ingin lebih menikmati Sunda Kelapa dari perairannya? Tidak sulit untuk mendapatkan perahu yang ditawarkan oleh nelayan-nelayan yang ada disana. Menurut laman Destinasi Indonesia, cukup dengan selembar uang Rp50 ribu per orang, kita sudah dapat menikmati riak kecil perairan Teluk Jakarta. Satu perahu itu hanya cukup diisi oleh lima orang saja. Jika berlebih bukan mustahil air laut akan masuk ke dalam perahu.
Yang harus diperhatikan adalah ketika memasuki perahu nelayan itu yang hanya bersandari di kapal-kapal besar itu. Nelayan yang mengayuh dayungnya bergerak memasuki celah-celah kapal-kapal itu. Sensasi yang luar biasa atau bisa dikatakan tidak umum, bergerak di sela-sela badan raksasa. Hal yang tidak didapatkan setiap hari di tengah Jakarta.

Kemudian seperti keluar dari lubang jarum, langsung terpampang di depan kita laut Teluk Jakarta. Sedikit bocoran, kalau hendak menikmati Sunda Kelapa sebaiknya selewat tengah hari, nanti kita akan dapat menikmati bonusnya, matahari terbenam. Yang jelas perahu itu tidak memiliki atap, jadi anggap saja tengah mandi sinar matahari.
Nelayan yang mengayuh dayungnya tak hanya diam dan asyik dengan tugasnya. Mereka biasanya dengan cekatan menjelaskan tempat-tempat yang dilewati. Layaknya pemandu wisata, nelayan-nelayan itu sangat menguasai cerita mengenai kegiatan bongkar-muat, kapal phinisi, desa nelayan sampai mercusuar. Pemandangan kegiatan di pelabuhan terlihat dengan jelas bila berada di perairan Teluk Jakarta.
Puas berkeliling di Sunda Kelapa. Menurut Destinasi Indonesia, biasanya nelayan itu akan menawari kembali ke titik penjemputan atau ke Museum Bahari. Biasanya orang lebih menyukai diturunkan ke Museum Bahari. Memang tidak berada dekat dengan Museum Bahari. Kita masih harus berjalan kaki membelah kampung nelayan untuk sampai di Museum Bahari. (*)