Mengenal Sejarah Bali Melalui Tari Legong Lanang

Kamis, 29 Juni 2017 - Muchammad Yani

Tari Legong di Bali bagi kebanyakan penikmat seni, mungkin diidentikkan dengan tari yang dilakonkan oleh kaum hawa. Namun, ternyata Legong pada awal penciptaannya di Pulau Dewata justru ditarikan oleh kaum laki-laki.

Sanggar Balerung Mandera Srinetrya Waditra, Desa Peliatan, Kabupaten Gianyar, Bali berusaha mengajak generasi muda untuk mengenal sejarah tari klasik ini, sekaligus menepis kesan banci bagi pragina muani (seniman laki-laki) yang menarikannya.

Kalangan atau gelanggang Ayodhya di pojok timur Taman Budaya, Denpasar, Rabu (28/6) sore itu penuh sesak penonton yang menyaksikan pementasan Legong Lanang yang dibawakan seniman dari Sanggar Balerung Srinetrya Waditra, Desa Peliatan, Kabupaten Gianyar. Para penari pria menjadi berparas ayu dengan riasan yang begitu apik, alis tebal, perona mata padu padan warna ungu, merah dan sedikit kuning, lengkap dengan pemerah pipi dan lipstik di bibir.

Layaknya penari perempuan, senyum tipis dengan seledetan (lirikan mata) disertai agem (gerakan tari) yang pas, semakin membuai penonton pada ajang Pesta Kesenian Bali ke-39 itu. Mata pun menjadi seakan enggan berkedip menyaksikan gemulai gerak tari penari Legong Lanang.

Tari Legong (Youtube.com)

Pimpinan Sanggar Balerung Mandera Srinetrya Waditra, Anak Agung Gde Oka Dalem mengatakan, Desa Peliatan selama ini memang sudah terkenal dengan palegongannya. Legong yang awalnya muncul di Sukawati, Gianyar, sekitar awal abad ke-19, kemudian berkembang ke daerah Peliatan untuk menjadi hiburan raja-raja. Saat itu, Legong memang biasa ditarikan oleh "pragina muani" karena kesenian klasik ini sangat erat kaitannya dengan Pegambuhan yang dibawakan oleh kaum pria.

"Untuk Palegongan, di Peliatan ada ciri khas tersendiri, baik dari sisi tetabuhan maupun pakemnya yang masih utuh dan dimainkan secara lengkap. Kalau yang sering kita lihat adalah Legong kreasi, namun tetap memakai gaya Peliatan, di samping dari tata busana sudah ada perubahan," ucapnya yang memerankan Legong Lasem dalam pementasan itu.

Tari Legong (Wikipedia)

Legong mulai ditarikan oleh penari perempuan, setelah adanya misi kesenian dari Peliatan ke Paris pada 1931. Oleh karena tari Legong kesannya lembut, sehingga kaum hawa saat itu dinilai dapat pula menarikannya dengan baik. Semenjak itu pula kemasyuran tari Legong merebak ke mancanegara menjadi salah satu jenis tari Bali yang paling elok.

"Palegongan di Peliatan pun terus berkembang dan tidak pernah putus hingga saat ini," tutur Oka Dalem seraya tidak memungkiri Legong kemudian mendapat dominasi kaum hawa untuk setiap pementasan.

Sumber: Antara

Selain artikel ini Anda juga bisa baca Tau-Tau, Tradisi Pembuatan Patung Orang Meninggal di Tana Toraja

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan