Mencari Golok Legendaris Jawara Banten

Kamis, 24 Maret 2016 - Eddy Flo

MerahPutih Budaya - Golok, dalam tradisi masyarakat Banten ada dua macam, pertama adalah yang berfungsi sebagai alat bantu dalam pekerjaan sehari-hari seperti berkebun dan bertani. Fungsi kedua adalah sebagai pelindung diri, untuk fungsi yang kedua ini dibutuhkan golok khusus yang tidak sembarangan dibuat.

Di Banten ada jenis golok yang paling disegani, dipercaya sebagai senjata tanpa ampun ketika berhasil mengoyak tubuh lawan, tidak ada obat apapun di muka bumi yang bisa menyelamatkan korban. Golok itu adalah Golok Ciomas.

Menurut beberapa sumber informasi merahputih.com, banyak sekali pedagang yang menjual golok menggunakan nama besar Golok Ciomas, padahal hanya meniru-niru dan tidak dibuat di Ciomas, karenanya harus mendatangi langsung sumbernya. Karena golok Ciomas hanya dibuat jika ada yang memesan.

Perjalanan menuju tempat pembuatan Golok Ciomas, senjata para jawara Banten (Foto: MP/Sucitra De)

Kecamatan Ciomas, berjarak sekira 21 Km arah barat daya dari Ibukota Provinsi Banten, karenanya merahputih.com melaju tanpa persiapan serius. Ternyata ketika melewati jalan utama beberapa saat setelah memasuki wilayah kecamatan Ciomas, diperlukan kendaraan yang tepat dan fisik yang prima untuk menuju tempat pembuatan golok legendaris tersebut, karena jalurnya cukup menantang, berbatu dan menanjak. Bahkan merahputih.com yang menggunakan kendaraan 150 cc sempat tertahan karena licinnya medan. Kendaraan roda empat, dipastikan tidak bisa melewati jalur tersebut.

Hal yang menyenangkan adalah, sejak kecamatan Pabuaran sangat mudah bertanya kemana arah tujuan, orang pertama yang ditanya tentang lokasi langsung menyebutkan nama kampung dan siapa nama perajin Golok Ciomas yang kita cari di Desa Citaman Kecamatan Ciomas itu.

"Di kampung Sibopong, cari saja namanya Pak Siddik," ujar salah seorang warga, Rabu (23/3) di pasar Kecamatan Pabuaran.

Hamparan sawah di kawasan Ciomas menjadi pemandangan sejuk yang mengiringi perjalanan (Foto: MP/Sucitra De)

Setiap batu yang tergilas dan jalanan menanjak memberi sensasi menggetarkan, khawatir jatuh sekaligus tekad mencapai tujuan, antara mempertahankan laju dan keseimbangan sepeda motor, bertemu kampung dan melewati hutan. Sungguh mengherankan wilayah desa yang tak jauh dari pusat provinsi begitu buruk infrastrukturnya. Ketika datang di lokasi, sang perajin golok berusia 70 tahun yang nampak masih bugar itu menyambut dengan senyum.

"Insya Allah sakeudeung deui geh bagus jalana," (Insya Allah sebentar lagi jalannya bagus) ujar Sidik Santani (70) di tempatnya menempa Golok Ciomas.(ctr)

BACA JUGA:

  1. Hubungan Hukum Negara dan Hukum Adat dalam Masyarakat Baduy
  2. Jampe, Mantra Warisan Leluhur Masyarakat Baduy
  3. Suku Baduy dalam Kepungan Modernitas
  4. Jawara Banten dan Pergeseran Budaya
  5. Golok Ciomas Senjata Khas Jawara Banten

 

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan