Melihat Kembali Film-Film Terbaik Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia

Selasa, 30 Maret 2021 - Ananda Dimas Prasetya

SELAMAT Hari Film Nasional untuk semua pegiat, sineas, kritikus, serta penikmat film. Setahun belakangan, industri film tanah air melilit karena pandemi COVID-19 yang melanda.

Namun, melalui perayaan hari bersejarah ini, masyarat diajak untuk berjuang menghidupkan kembali karya-karya anak bangsa yang sempat mati suri. Biar enggak malu sama bapak perfilman Indonesia, Usmar Ismail.

Baca juga:

Fitur What to Watch dari Google untuk Rayakan Hari Film Nasional

Sedikit cerita, tanggal 30 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Film Nasional tidak terlepas dari jasanya. Tanggal tersebut terpilih karena 71 tahun lalu adalah hari pertama pengambilan gambar untuk film arahan Usmar bertajuk Darah dan Doa, proyek pertama buatan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini).

Sejak 1950 hingga 1970, Usmar telah menghasilkan lebih dari 20 film. Berkat jasanya yang luar biasa, ia dan Djamaludin Malik diangkat sebagai Bapak Perfilman Nasional.

Dan tahun ini, Hari Film Nasional jadi lebih istimewa karena tema yang diusung ialah '100 Tahun Usmar Ismail'. Berdasarkan informasi dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, sejumlah karyanya bisa dinikmati sejak tanggal 26 hingga 30 Maret 2021 secara daring. Untuk itu, yuk kita lihat kembali tiga film terbaik karyanya.

1. Darah dan Doa (1950)

Belum afdol rasanya kalau tidak menyertakan Darah dan Doa dalam daftar ini. Sebab film inilah yang menjadi tonggak sejarah dari perayaan hari ini.

Dalam filmnya, nuansa kemerdekaan masih terasa kental. Mengisahkan perjalanan panjang prajurit RI yang diperintahkan untuk kembali dari Yogyakarta ke Jawa Barat.

Ceritanya disajikan dalam bentuk narasi yang memperlihatkan perjalanan menegangkan saat tentara Indonesia harus menghadapi serangan udara Belanda.

Fokus ceritanya ada pada kisah Kapten Sudarto (Del Juzar), pemimpin rombongan prajurit yang digambarkan sebagai manusia biasa. Walaupun sudah beristri, ia terlibat dengan cinta segitiga antara dua gais.

Film berakhir dengan penembakan Sudarto oleh anggota partai komunitas yang diperanginya pada Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948 silam.

Baca juga:

Film 'Perempuan Tanah Jahanam' Wakili Indonesia di Oscar 2021

2. Lewat Djam Malam (1954)

Masih menceritakan cerita perjuangan Indonesia melawan penjajah, kali ini Usmar menempatkan latarnya saat Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Pada masa itu, tentara asing masih berusaha menguasai keadaan dan menyelenggarakan jam malam di Bandung.

Sang tokoh utama bernama Iskandar (A.N. Alcaff) memutuskan untuk meninggalkan ketentaraan dan memulai kehidupan baru sebagai penduduk sipil. Cerita kemudian berlanjut dengan usahanya mencari pekerjaan baru.

Film ini berhasil memenenagkan piala Film Terbaik FFI tahun 1955. A.N. Alcaff juga keluar sebagai pemenang Aktor Terbaik dalam ajang yang sama.

3. Tiga Dara (1956)

Berbeda dengan dua film sebelumnya, di film kali ini Usmar Ismail melakukan pendekatan dengan genre komedi musikal. Kisahnya mengikuti tiga saudara perempuan bernama Nunung, Nana, dan Nenny yang hidup bersama neneknya setelah ibunya meninggal.

Sang Nenek memaksa cucu-cucu perempuannya untuk menikah. Sampai akhirnya semua dilanda asmara di waktu yang bersamaan. Tidak seperti sinetron, film ini menimbulkan gelak tawa bagi penonton.

Setelah perilisannya film tersebut meraih popularitas tinggi. Meluncurkan karier para pemainnya, masuk box office tertinggi, ditayangkan di bioskop kelas satu, bahkan ditampilkan di Festival Film Venesia tahun 1959. (sam)

Baca juga:

Raih Piala Terbanyak di FFI, 4 Film Indonesia ini Wajib Kamu Tonton

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan