KULINERAN DI NEGERI AING

Senin, 01 Februari 2021 - Yudi Anugrah Nugroho

CUMA di 'Negeri Aing' semua hal bisa digoreng. Mulai sayuran, buah, daging, umbi-umbian, biji-bijian, hama, sampai isu. Gorengan itu akan berfungsi sebagai camilan, lauk, atau camilan dijadikan lauk saat 'tanggal tua'. Masyarakat +62 memang butuh suara garing pada tiap suapan tapi bukan lawakan.

Saking keranjingan menggoreng, jika di negara asalnya fusilli, penne, spaghetti, maccheroni, dan linguine direbus lalu ditambah aneka saus dan daging, mungkin cuma di Indonesia semua itu digoreng garing lalu ditaburkan bubuk; cabai, bawang, garam, dan keju. Kudapan tersebut mudah dijumpai dijajakan di depan sekolah sampai gerai ternama mengusung nama beragam umpatan dengan level pedas bisa diatur.

Gorengan telah mendarah-daging. Bahkan bahan baku minyak goreng telah digolongkan sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako) lantaran menjadi elan vital. Tak heran bila gorengan digoreng dadakan lima ratusan mudah dijumpai di setiap sudut tempat di Indonesia, dari tempat wisata sampai lokasi demonstrasi.

Meski gorengan sangat Indonesia banget, sesungguhnya kegiatan menggoreng merupakan teknik memasak paling belakangan dikenal masyakarat Indonesia. Teknik menggoreng, merunut Denys Lombard pada Nusa Jawa Silang Budaya, diperkenalkan orang Tionghoa dengan menggunakan peralatan, seperti kuali dan wajan wok. Tak cuma teknik memasak, persilangan bahan hingga sajian masakan dan kudapan Tionghoa dengan tradisi tiap daerah pun meramaikan ragam kuliner Nusantara.

Kuliner di Indonesia bukan semata sajian, melainkan kultur nan dinamis. Dua atau lebih entitas sekira susah bersatu bak air dan minyak ternyata jadi bahan utama tumisan di satu wajan. Bukan olahraga pembuat orang jadi sportif, tetapi kuliner karena lidah-meski mengenal beragam rasa-cuma punya satu bahasa; enak!

Disadari atau tidak, orang Indonesia sesungguhnya telah majemuk sejak dalam hidangan. Misalnya, sajian lebaran terdapat persentuhan tradisi India pada opor dan gulai, Tionghoa pada manisan dan dodol, serta Eropa pada kue kering kastangel dan nastar. Malahan persentuhan tersebut datang dari kebiasan 'hantaran' masing-masing keturunan Eropa, India, dan Tionghoa saat mengunjungi saudara muslim tanah air. Maka, kuliner itu bukan cuma tentang rasa tapi tentang kisah di dalamnya.

Di beberapa daerah, kuliner bisa berfungsi sebagai keperluan ritual atau justru ritual itu sendiri. Di dalam ritual daur hidup manusia, paling tidak ada hidangan ayam bekakak atau ingkung, tumpeng, bubur merah-putih, dan lainnya sebagai syarat mutlak. Bahkan, cara pengolahannya pun khusus sehingga membedakannya dari sajian biasa dimakan sehari-hari.

Sementara, di ranah kontemporer, banyak pakem dan kebakuan dilanggar ketika kuliner baru muncul. Bayangkan betapa orang Amerika terkaget-kaget saat melihat ayam goreng tepung asal negeri Paman Sam, justru jadi ayam geprek di Indonesia, orang Italia kebingungan begitu menyaksikan makaroni goreng, dan orang Tiongkok teraneh-aneh mendapati kecap manis. Begitulah kuliner menghapus sekat.

Kebanyakan orang malah punya semacam blessing in disguise pada makanan. Meski tahu dan sering jadi tontonan seolah 'investigasi' di layar kaca tentang pembuatan saus botolan, banyak orang ternyata tetap butuh dan tak lengkap saat makan bakso tanpa saus merah manis dan asin.

Di bulan kedua tahun 2021, merahputih.com mengetengahkan tema Kuliner Negeri Aing sebagai lonceng pengingat kembali belajar kemajemukan dari hidangan sehari-hari. Manusia Indonesia hari ini perlu menata ulang persatuan dari lidah sebagai indera perasa bukan pemroduksi kata. Sebulan penuh, redaksi akan memproduksi artikel berkait kultur, cerita, kebiasan unik, dan karakteristik kuliner di 'Negeri Aing' sebagai paling tidak dokumentasi.

Bila di masa lalu idiom 'makan enggak makan asal kumpul' sering didengung-dengungkan, maka kini tak lagi aktual sebab pandemi COVID-19 memaksa orang jaga jarak sosial. Makan boleh, dan harus. Kumpul sebisa mungkin jangan. Yang penting makan harus enak. Makan enggak makan asal maknyus! (*)

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan