Dongeng Legendaris di Balik Makanan Khas Nusantara!
Rabu, 20 Maret 2019 -
INDONESIA merupakan surga kuliner tradisional. Masing-masing daerah dan etnis tak saja memiliki makanan khasnya, namun juga cerita menarik di balik lezatnya sajian.
Mungkin kamu pernah mengudap macam-macam makanan khas Nusantara. Namun, apakah kamu pernah mendengar legenda tentang makanan tersebut?
Makanan memang tak sebatas di lidah. Kemunculannya kerap bersanding dengan imaji masyarakat tentang harapan dan doa. Misalnya, bubur merah-putih selalu saja dikaitkan dengan prosesi pergantian nama seseorang.
Begitu pula dengan ragam kuliner Nusantara lainnya. Penasaran? berikut 5 makanan khas yang terkenal dengan kisah dongeng di balik namanya.
1. Sego Roomo

Sego Roomo adalah makanan khas Gresik, Jawa Timur. Makanan ini konon tak bisa dimasak oleh sembarangan orang. Syahdan, salah seorang perempuan setengah baya penduduk Desa Roomo kebingungan untuk menghidupi keluarganya.
Perempuan itu kemudian bertemu dengan salah seorang wali. Lalu, wali itu memberi saran kepada perempuan itu agar menjual desanya. Mendapat saran tersebut, perempuan ini pun semakin bingung.
Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa maksud dari ucapan wali tersebut dengan menjual desa itu. Perempuan itu kemudian menjual makanan yang diberi nama sego Roomo, sesuai dengan nama desa tempat tinggalnya. Kelezatan Sego Roomo lambat laun tersebar dari mulut ke mulut dan mulai dikenal luas.
2. Docang

Docang adalah kuliner khas Cirebon yang biasa disajikan pada pagi hari untuk sarapan. Docang juga merupakan kuliner legendaris yang konon ada hubungannya dengan Wali Songo.
Munculnya kuliner docang ini bermula ketika ada seorang pangeran yang sangat membenci para wali karena menyebarkan agama Islam hingga pelosok-pelosok Jawa.
Pangeran itu berencana untuk meracuni para wali dengan membuat jenis makanan baru dari sisa-sisa makanan para sultan yang tidak habis.
Makanan yang sudah dibubuhi racun itu dihidangkan untuk para wali yang sedang berkumpul di Masjid Agung Keraton Cirebon. Ajaibnya, racun yang dicampurkan ke dalam makanan bernama Docang tersebut tidak berpengaruh. Malah, setelah memakan docang itu, para wali justru begitu menikmati.
3. Rujak cingur

Rujak Cingur merupakan salah satu makanan tradisional di daerah Jawa Timur, dan mudah ditemukan di Surabaya. Konon makanan ini berawal dari cerita tutur turun-temurun mengenai Negeri Masiran dan Firaun Hanyokrowati. Sang Raja Firaun meminta seluruh juru masak untuk membuat makanan paling enak untuk dirinya. Ternyata tak ada satu pun makanan enak seteleh dicicipi oleh raja.
Kemudian diceritakanlah seorang bernama Abdul Rozak yang dibawa pengawal untuk menghadap raja karena ingin menghidangkan satu masakan untuk raja. Masakan Rozak ternyata disukai. Sebagai imbalan dia diberi hadiah tanah dan akan dijadikan juru masak istana. Namun, ia meminta sebuah kapal untuk mengembara.
Abdul Rozak kemudian mengembara dengan kapal laut dan mampir ke Tanjung Perak dan menyebarkan resepnya. Di Surabaya, ia mengganti bahan cingur unta dengan sapi. Dari sanalah disebut nama Rujak Cingur dari nama "rozak" karena masyarakat salah melafalkan nama si juru masak.
4. Sambal nyale

Sambal cacing laut tepatnya berasal dari Sumba Barat. Dalam bahasa setempat disebut Bokosawu Nyale. Nyale merupakan nama sejenis cacing laut sebagai bahan utama pembuatan sambal ini. Nyale biasanya didapat satu kali satu tahun melalui bau nyale atau berburu nyale.
Nyale konon berawal dari cerita zaman dahulu kala, ketika berdiri sebuah kerajaan di pesisir pantai selatan Pulau Lombok yang dipimpin seorang raja bernama Raja Tonjang Beru dan permaisurinya Dewi Seranting.
Raja Tonjang Beru memiliki seorang puteri cantik jelita bernama Putri Mandalika. Ketenaran Putri Mandalika kemudian membuat pangeran dari kerajaan sekitarnya berebutan untuk dijadikan permaisuri.
Karena jadi rebutan para pangeran, Putri Mandalika menolak setiap lamaran untuk menghindari terjadi perselisihan hingga peperangan. Sebaliknya, putri memutuskan untuk mengorbankan jiwanya sendiri. Ia terjun ke laut Pantai Seger Kuta yang kini masuk wilayah Desa Sukedane, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Setelah kejadian itu, di Pantai Seger Kuta bermunculan binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang kecil panjang tersebut disebut dengan "nyale" (cacing laut). Seluruh masyarakat setempat meyakini bahwa nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Arborea Cafe Ajak Pengunjung Merasakan Aroma Hutan di Tengah Jakarta