Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Minggu, 26 Oktober 2025 -
MERAHPUTIH.COM — DI tengah keriuhan Trade Expo Indonesia, Sabtu pekan lalu, hamparan kain berwarna cerah mencuri perhatian. Sejumlah orang berkerumun, mengagumi kain sepanjang dua meter lebih berwarna hijau itu. Kain milik usaha mikro kecil menengah (UMKM) Batik Mori Tenise itu membentang indah, memperlihatkan detail uliran malam membentuk motif bunga, perahu, dan panorama alam disatukan dalam elemen warna kuning, merah, hitam berpadu mencolok di etalase pameran, menghadirkan nuansa tropis khas Maluku Tengah.
Pajangan kain jarik yang dijajakan bukan sekadar menyelingi visual pemeran di booth tersebut. Kain indah memesona tersebut menjadi representasi batik tulis asal Maluku Tengah nan berkarakter dan memikat.
"Ini batik Maluku Tengah. Maluku pun sudah punya batik," kata pemilik Batik Mori Tenise Diana Tiwery, saat memperkenalkan khasanah budayanya kepada pengunjung.
Ia menjelaskan batik tulis yang dikerjakan UMKM-nya merupakan edisi terbatas. Tidak pernah ada yang dibuat dengan bentuk motif yang sama. Pembuatan batik dengan teknis tulis, kata Diana, sudah menjadi bagian identitas jenama miliknya. Diana mengatakan kain batik tulis yang dibuat UMKM-nya merupakan edisi terbatas, yakni hanya dibuat satu lembar melalui proses handmade sejak awal proses pengerjaannya. Kerja seperti itu, menurut Diana, menghasilkan produk eksklusif.
"Dijamin yang punya kain ini hanya kamu satu-satunya di Indonesia," kata dia sambil tersenyum.
Baca juga:
15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya
Dia mengatakan pengerjaan batik tulis sepanjang dua meter lebih ini melewati proses yang panjang. Proses dimulai dari mencanting yang menghabiskan waktu hingga seminggu. Proses selanjutnya ialah pewarnaan hingga dua minggu karena menunggu pencelupan lilin mengeras, dilanjutkan dengan penguncian warna. "Penguncian warna itu menghabiskan waktu minimal tiga sampai enam jam. Kalau maksimalnya bisa sampai 12 jam," kata dia.
Dari penjelasan Diana, kain batik tulis yang dibawanya ini terinspirasi dari kisah sejarah dan folklore, menceritakan perjalanan hidup nenek moyang orang Maluku. Ia kemudian menunjukan motif kainnya yang menggambarkan jejeran tiga pulau kecil yang kaya akan sumber daya alam. Ada Pulau Teun, Pulau Nila, dan Pulau Serua. "Pulau Nilai ini kaya akan hasil lautnya, juga hasil rempah seperti cengkehnya yang sekali panen bisa sampai berton-ton," katanya.
Selain itu, ada pula motif kapal yang disebutnya sebagai Belang. Kapal itu, kata Diana, dahulu digunakan Alifuru untuk berburu, berperang, dan menjelajah. "Belang atau perahu gitu ya, digunakan pendahulu untuk melaut, waktu mereka turun dari gunung mereka ke laut untuk mencari tempat-tempat baru, kayak melewati perang, atau mereka mencari nafkah di laut, nah ini menggunakan belang," katanya.
Gambar pulau-pulau dan kapal dalam kain karya Diana membawakan kisah proses transmigrasi orang-orang di Pulau Maluku. Tak lupa Diana juga menorehkan motif buah pala di kain batiknya. Ia meletakkan gambar tersebut tepat di samping bunga raya yang berwarna merah terang kontras dengan warna dasar kain jariknya.
Diana mengatakan kehadirannya di pameran ini bukan hanya membawa karyanya sendiri, melainkan juga mewakili pelaku ekonomi kreatif Maluku Tengah lain seperti Batik Tanah Seram dan Yunaria Batik.(Tka)
Baca juga: