Pekerjaan Karyawan Tiktok Sangat Penuh Tekanan, Berani Lamar?

Rabu, 11 Mei 2022 - Raden Yusuf Nayamenggala

BERSYUKURLAH jika jam kerja di kantor kamu tak lebih dari delapan jam sehari. Lembur sampai bekerja 12 jam? Ini juga masih lumrah, dan kalau perusahaan kamu menyejahterakan karyawan pasti ada uang lemburan.

Berbeda dengan karyawan Tiktok, boleh dibilang mereka bekerja dengan penuh tekanan. The Wall Street Journal melaporkan mantan karyawan TikTok buka-bukaan mengenai pengalaman kerjanya di perusahaan jaringan sosial itu. Menurut mantan karyawan tersebut, jam kerja di Tiktok amat panjang dan sangat penuh tekanan. Bahkan ada keterputusan budaya antar cabang Tiktok di Amerika Serikat dan Tiongkok.

Seperti yang dikutip dari laman The Verge, karyawan di perusahaan Tiktok yang berbasis di Los Angeles, mengalami kurang tidur karena bekerja lembur. Mereka juga punya kewajiban menghadiri pertemuan dengan rekan kerja yang berlokasi di Tiongkok. Beberapa karyawan menghabiskan sekitar 85 jam per minggu untuk rapat, dan memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

Baca Juga:

Tiktok Larang Konten Tantangan Viral yang Berbahaya

beberapa karyawan menghabiskan sekitar 85 jam per minggu untuk rapat dan membutuhkan beberapa waktu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka (Foto: pixabay/antonbe)

Kemudian, karena hari Minggu di Amerika Serikat sudah hari Senin di Tiongkok, sejumlah pekerja melaporkan bekerja di akhir pekan, sehingga mereka bisa setara dengan rekan kerja mereka di belahan dunia lain.

Adapun jenis lingkungan kerja tersebut berdampak pada kesejahteraan serta kesehatan emosional karyawan. Seorang karyawan bahkan mengatakan bahwa dia mengundurkan diri setelah menunjukan bukti pada pimpinannya tentang kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.

Selain itu, mantan manajer produk senior Tiktok Melody Chu mengaku ia sering bekerja hingga larut malam untuk bertemu dengan rekan-rekannya di Tiongkok. Ketidakseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadinya membuatnya kurang tidur dan turun berat badan. Chu juga menjalani terapi pernikahan karena tak bisa menghabiskan waktu bersama suaminya.

Menurut catatan The Wall Street Journal, sejumlah karyawan menggambarkan tekanan yang sangat besar, khususnya karyawan TikTok yang berbasis di Tiongkok.

Baca Juga:

TikTok Shopping 2021 Didominasi Pelanggan Perempuan

TikTok dilaporkan mempunyai sejumlah tim yang bergegas untuk menyelesaikan proyek yang sama, untuk mendorong karyawan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lebih cepat. Tapi hal itu justru menyebabkan paranoia karena tertinggal di belakang rekan kerja, atau frustasi apabila proyek mereka tidak selesai.

Sejumlah mantan Karyawan mengeluhkan jam kerja di TikTok (Foto: pixabay/amrothman)

Sementara itu, mantan karyawan TikTok lainnya yiatu Lucas Ou-Yang menuliskan di twitter bahwa ada 10 manajer produk yang berhenti setelah satu tahun bekerja di TikTok. Hal itu lantaran mereka diharapkan mengikuti jadwal kerja para karyawan di Tiongkok yang amat padat.

Pekerjaan karyawan Tiktok yang penuh tekanan sebenarnya bukan hal baru. Tahun lalu, menurut laporan dari CNBC karyawan Tiktok memiliki jam kerja '996'. Itu artinya karyawan bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 9 malam. Jam kerja tersebut sering ditemui di perusahaan Tiongkok. Namun akhirnya pemerintah Tiongkok melarang jam kerja tersebut tahun lalu.

ByteDance yang merupakan perusahaan induk TikTok, menetapkan jam kerja 63 jam per minggu. Karyawan mulai bekerja dari jam 10 pagi hingga 7 malam, dengan waktu bekerja lima hari per minggu.

Namun, belum jelas apakah jadwal seperti itu sudah umum diterapkan di luar Tiongkok. Meski begitu, menurut catatan The Wall Street Journal, banyak karyawan mengatakan mereka memiliki jam kerja yang berlebihan. (ryn)

Baca Juga:

TikTok Hadirkan Diskusi Soal Perkembangan Film di Indonesia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan