Ketua Ikadi Serukan Jihad Damai di Bulan Ramadan

Selasa, 07 Juni 2016 - Luhung Sapto

MerahPutih Nasional - Jihad tidak identik dengan kekerasan dan perang, tapi juga bisa dilakukan lewat cara-cara damai yang bermanfaat bagi kepentingan umat. Apalagi di bulan Ramadan ini.

“Jihad damai itu bentuknya banyak. Jihad di bidang pendidikan, di bidang ekonomi, di bidang politik dan lain-lain. Jihad untuk perbaikan masyarakat dengan dakwah itu adalah jihad damai. Apalagi di bulan Ramadan, sangat banyak kesempatan berjihad yang damai,“ kata Ketua Ikatan Dai Indonesia Prof. Dr. KH. Achmad Satori Ismail di Jakarta, Selasa (7/6).

Bentuk riil jihad damai, menurut Prof Satori, ada bermacam-macam. Misalnya membangun masyarakat di sebuah desa yang sebelumnya malas menjadi bergairah bekerja. Atau para pelajar berusaha maksimal untuk menuntut ilmu, lantas ilmunya itu diterapkan kepada masyarakat sehingga masyarakat semakin maju dan bisa bersaing dengan negara lain.  ”Jihad damai itu hakekatnya mengerahkan tenaga untuk mencapai ridho Allah. Dan itu bisa dicapai dengan bermacam cara yang positif dan tidak merusak,” kata Guru Besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Menurutnya, jihad itu tidak identik dengan kekerasan dan perang. Kekerasan menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Islam.

”Jihad itu jangan dikonotasikan dengan perang dan kekerasan. Jihad harus dilakukan sesuai konteksnya. Al-Qur’an menyebut bahwa jihad sebaiknya dilakukan dengan harta dulu, misalnya mengentaskan kemiskinan. Itu salah satu bentuk jihad. Menolong orang-orang yang tertindas, itu juga jihad,” katanya.

Karenanya, dia sangat menghargai ustaz-ustaz yang berada di pelosok Indonesia yang berusaha membangun umat di pelosok menuju ke kondisi  yang lebih baik karena itu juga bentuk jihad.

Sementara itu, Rektor UIN Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA mengingatkan sekali lagi bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih sayang, damai dan penuh toleransi. Menurutnya, Jihad damai adalah ide-ide untuk membentuk masyarakat yang harmoni. 

“Masyarakat yang rukun satu sama lain adalah bentuk jihad damai. Jadi usul bukan dalam bentuk demo atau membawa spanduk. Jihad damai adalah bagaimana masyarakat yang cinta damai dan mewujudkan harmoni,”katanya.

Umat muslim di Indonesia, menurut Prof Dede, harus menjaga dengan baik konsep Unity in Diversity yang pernah diperjuangkan oleh tokoh-tokoh muslim Indonesia di awal kemerdekaan Indonesia. Karena Islam di Indonesia berada di Indonesia yang beragam.

“Ide Unity in Diversity, munculnya konsep Bhineka Tunggal Ika, Pancasila adalah gagasan besar dari pejuang Indonesiatermasuk tokoh-tokoh agama, seperti KH Hasyim Ashari, KH Wahid Hasyim dll. Mereka menggotong konsep itu karena yakin kita bisa harmoni di tengah keberagaman,” kata Prof Dede. Karena itu, jangan kita berfikir lagi bagaimana membentuk negara berdasar satu aqidah. Karena itu menurutnya akan membawa Indonesia terpecah pecah.

BACA JUGA:

  1. Pemicu Terorisme dan Radikalisme Bukan Faktor Ekonomi dan Kemiskinan
  2. Anak Perlu Dibekali Pendidikan Bahaya Radikalisme
  3. BNPT Raih Predikat WTP dari BPK
  4. Ketua Ikadi: Melawan Pemerintah Bukan Jihad Ataupun Syahid
  5. Ketua Ikadi: Islam Tidak Mengajarkan Membunuh Sesama Manusia

 

 

 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan