‘Kenapa Harus Bule?’ Angkat Fenomena Supremasi Kulit Putih dengan Gaya Humor

Jumat, 16 Maret 2018 - Rina Garmina

BERUNTUNG LAH pria-pria bule. Di Asia Tenggara, mereka menjadi idaman sederet perempuan. Mungkin alasannya terdengar klise.

Pria bule dicari perempuan Asia Tenggara untuk memperbaiki keturunan. Menurut sutradara film ‘Kenapa Harus Bule’, Andri Cung, fenomena supremasi kulit putih ini telah lama ada di Asia Tenggara.

“Rasanya (fenomena supremasi kulit putih) belum pernah diangkat ke dalam film,” terang Andri seperti dikutip ANTARA.

‘Kenapa Harus Bule’ pun mengangkat fenomena tersebut. Putri Ayudya menjadi bintang utama yang memerankan sosok Pipin. Perempuan bernama Pipin ini amat mendambakan pria bule sebagai pendamping hidupnya.

Karakter Pipin ini ada dalam kehidupan nyata. Terinspirasi dari sahabat Andri, seorang perempuan Indonesia yang terobsesi pada pria bule. Ia menjadi korban standar cantik di Indonesia, tetapi dicap negatif lantaran tertarik pada bule.

Film ini bukan sekadar kisah pencarian jodoh. Tetapi tentang karakter Pipin yang terbentuk akibat konstruksi sosial atas perempuan di banyak tempat.

Standar kecantikan perempuan Indonesia menjadi masalah. Kulit putih dianggap lebih cantik. Akibatnya, perempuan seperti Pipin merasa tidak layak mendapat jodoh orang Indonesia dan beranggapan hanya bisa diterima bule.

Pipin berkulit cokelat khas perempuan Indonesia. Padahal perempuan berkulit cokelat ini lah yang dicari turis asing yang sengaja berjemur di pantai agar kulitnya lebih gelap.

Standar cantik di mata turis asing ini jelas bertolak belakang dengan standar cantik di Indonesia. Hidup di tengah supremasi kulit putih yang kuat membuat Pipin rendah diri. Ia merasa penampilannya tidak mungkin menarik perhatian pria lokal.

Akhirnya, ia pun mengincar pria bule karena perempuan berkulit cokelat di mata mereka dianggap eksotis. Pencarian pria bule dilakukan dengan berbagai cara. Melalui aplikasi kencan daring hingga berburu di bar-bar Jakarta.

Usahanya tidak kunjung berhasil. Ia pun nyaris putus asa. Apalagi usianya telah menginjak kepala tiga.

Berbekal saran dari temannya, pria kemayu bernama Arik (Michael Kho) yang tinggal di Bali, Pipin pun pindah ke Pulau Dewata. Di Bali, Pipin bertemu teman masa kecilnya, Buyung (Natalius Chendana).

Rupanya Buyung jatuh hati kepadanya. Sayang, Pipin sudah terlanjur terobsesi pada bule. Selain Buyung, selama di Bali, ada pria lain yang mengejar-ngejar Pipin.

Seorang pria Italia bernama Giofranco (Cornelio Sunny). Giofranco adalah sosok idaman pria ideal Pipin. Ganteng, macho, seksi, tajir.

Namun ternyata Pipin tidak semudah itu jatuh cinta kepada Cornelio. Sebagai perempuan Indonesia, dia tetap memegang teguh budaya ketimuran, antidiskriminasi dan menolak kekerasan seksual dalam hubungan asmara.

Kisah supremasi kulit putih ini diceritakan dengan gaya humoris dalam film ‘Kenapa Harus Bule?’. Film ini cocok bagi Anda yang ingin tertawa lepas, tanpa harus berpikir berat tentang supremasi kulit putih. (*)

Dapatkan pula berita lain terkait film 'Kenapa Harus Bule' di sini.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan