Kelimpahan Turis, Desa Lauterbrunnen di Swiss Berencana Terapkan Tarif Masuk

Selasa, 21 Mei 2024 - Ikhsan Aryo Digdo

MerahPutih.com - Desa Lauterbrunnen yang berada di pegunungan Alpen, Swiss, selalu dipenuhi pengunjung. Pemandangan alam nan indah di sana melenakan para turis lokal maupun asing. Desa tersebut berpotensi menjadi tempat overtourism atau kelebihan turis.

Otoritas lokal di Lauterbrunnen akhirnya mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut. Wali Kota Lauterbrunnen Karl Näpflin berencana untuk menerapkan tarif masuk bagi para turis yang hanya melintas. Sementara bagi turis nan sudah memesan akomodasi tetap bisa memasuki wilayah tersebut secara gratis.

“Pengecualiannya adalah tamu yang telah memesan penawaran seperti hotel atau tamasya atau yang tiba dengan transportasi umum,” kata Näpflin, seperti dilansir CNN, Selasa (21/5).

Biaya yang diusulkan berkisar antara 5 dan 10 franc Swiss atau sekitar Rp 87 ribu hingga Rp 175 ribu, dan berlaku bagi pengunjung yang lewat menggunakan mobil. Pembayaran dilakukan secara cashless menggunakan ponsel pintar.

Baca juga:

Melancong ke Negeri Ginseng, Jangan Lupa Mampir ke Korea Beauty Festival 2024

Menerapkan tarif masuk bagi pelancong di sebuah desa atau kota bukan kali pertama terjadi di dunia. Para wisatawan yang ingin berkunjung ke Venesia juga harus mengeluarkan uang untuk menikmati suasana kota di Italia yang terkenal dengan sungainya itu.

Hari pertama diberlakukannya tarif masuk ke Venesia pada 25 April lalu disambut dengan protes dari beberapa penduduk setempat. Warga lokal merasa rumah mereka diubah menjadi taman hiburan. Penerapan tarif masuk di Venesia masih terus diuji coba hingga 14 Juli.

Lauterbrunnen adalah rumah bagi berbagai atraksi. Di sana ada air terjun Staubbach, salah satu air terjun tertinggi di Eropa yang tak terputus dengan ketinggian 270 meter. Desa tersebut dihuni oleh sekitar 800 penduduk.

Sudah ada lebih dari 60 destinasi di seluruh dunia yang menerapkan jenis 'pajak' ini. Penerapan tarif masuk untuk turis semacam ini sering kali menimbulkan kontroversi. (ikh)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan