KALMnesia: Mau Balikan? Tinjau Isu Sebenarnya
Selasa, 13 Oktober 2020 -
MASA pandemi membuat pertemuan kita dengan si dia menjadi terbatas. Meskipun komunikasi bisa dilakukan secara virtual, tidak menutup kemungkinan ada kesalahpahaman yang terjadi antara kita dan pasangan. Tidak pelak hal tersebut membuat hubungan kita kandas di tengah jalan.
Putus dengan pasangan di situasi buruk seperti saat ini tentu membuat hidup kita terasa semakin kelam. Bayang-bayang si dia pun menghantui. Keinginan untuk kembali merajut hubungan tidak terbendung lagi. Lantas, perlukah kita kembali menjalin asmara dengan mantan kekasih? Relationship coach dan psikolog klinis punya jawaban sendiri!
Baca Juga:

Sebelum balikan, relationship coach, Lex dePraxis menghimbau kita untuk kembali meninjau apakah saat balikan isu yang dihadapi masih sama atau tidak. Misalnya, karakter si dia yang sulit diterima atau terhalang restu orang tua. "Kalau isunya masih sama kita akan stuck," jelasnya di Webinar KALMnesia, Kalem Di Masa Kelam, Sabtu (10/10).
Untuk itu, Lex menyarankan kita untuk mampu melewati tantangan yang ada terlebih dahulu sebelum memutuskan kembali pada pelukannya lagi. "Supaya tidak stuck di masalah yang sama work on yourself, first. Berubah dulu aja. Tingkatin diri sendiri," tuturnya.
Senada dengan Lex, psikolog klinis, Grace Maretta juga meminta untuk meningkatkan kapasitas diri sebelum memutuskan untuk kembali. "Banyak yang berpikir untuk balikan sama mantan padahal ketika dibreakdown akan sama lagi polanya. Polanya belum sehat karena dua-duanya belum berproses atau prosesnya belum sempurna," urainya.
Baca Juga:

Sebagai seorang psikolog, Grace beberapa kali menemukan klien yang baru berproses ketika kembali menjalin hubungan. "Dalam perjalanannya bahkan sudah merencanakan ke jenjang yang lebih serius mereka baru sadar kalau prosesnya belum sempurna. Setelah dipertimbangkan ternyata ada sifat-sifat pasangan yang mungkin sulit kita terima," terangnya. Jika sudah demikian, tidak menutup kemungkinan akan ada perpisahan lagi.
Namun, Grace mengatakan hal tersebut tidak terjadi pada pasangan yang sama-sama memiliki sifat terbuka. "Kalau mereka terbuka dengan kemungkinan justru itu menjadi kesempatan untuk evaluasi. Kalau ke arah pertumbuhan akan oke," tukasnya. (avia)
Baca Juga: