Jebolnya Tanggul Situ Gintung Tewaskan Ratusan Orang

Minggu, 27 Maret 2022 - Raden Yusuf Nayamenggala

PADA 27 Maret 2009, tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, Banten jebol. Pagi-pagi buta situs warisan Belanda itu tak mampu lagi menahan dua juta meter kubik air. Air kemudian memporakporandakan Perumahan Cirendeu Permai, Kampung Poncol, dan merusak Fakultas Kesehatan dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Baca Juga:

Local Pride Ala Suharto: Swasembada Alat Kontrasepsi dengan Peresmian Pabrik Kondom

Bencana jebolnya waduk Situ Gintung mengakibatkan ratusan korban jiwa (Foto: instagram @situgintung_pesona)

Kengerian bencana tersebut sangat luar biasa, air itu menghempas dan menghacurkan rumah-rumah warga. Kemudian merendam area seluas 10 hektar di bawahnya. Ketika kejadian tersebut, mayoritas warga dikabarkan tengah tertidur lelap yang menyebabkan korban tewas 100 jiwa dan hilang 100 orang. Tangis histeris diiringi derai air mata pun mengalir deras dari para keluarga korban tewas akibat tragedi Situ Gintung tersebut.

Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane saat itu, Pitoyo Subandrio, tanggul Situ Gintung jebol karena faktor alam. Volume air melebihi 2,1 juta meter kubik, melampaui kapasitas maksimal waduk Situ Gintung. Penyebabnya dikabarkan gegara hujan yang terus turun sepanjang hari pada saat itu. Alhasil, air meluap dan tumpah dari atas tanggul.

Sementara menurut Menteri Pekerjaan Umum saat itu, Djoko Kirmanto, penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung karena cuaca ekstrem. Pada Kamis (26/3/2009) curah hujan di wilayah Ciputat Timur terbilang cukup tinggi, mencapai 113,22 mm per hari. Djoko menjelaskan tanggul itu terbuat dari tanah, tidak ada pengerasan batu. Lama-kelamaan tanggul bisa erosi. Jadi, ketika hujan bertambah deras tanggul jebol. (Ryn)

Baca Juga:

Millennial Road Safety Festival Pekanbaru 2019 Pecahkan Rekor MURI

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan