Harga BBM Nonsubsidi Turun, Ada Faktor Tiongkok di Anjloknya Minyak Dunia

Kamis, 01 September 2022 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Harga minyak dunia turun di awal perdagangan Asia, Kamis (1/9), bertepatan dengan penetapan turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) Nonsubsidi oleh Pertamina.

Anjloknya harga minyak dunia ini ternyata tidak lepas dipengaruhi faktor yang sedang terjadi di Tiongkok. Negeri tirai bambu itu menerapkan pembatasan baru untuk mengekang penyebaran COVID-19 yang berdampak pada penurunan permintaan impor minyak dunia.

Baca Juga:

Harga Terbaru BBM Nonsubisdi per 1 September 2022

Minyak mentah berjangka Brent merosot 37 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 95,27 dolar AS per barel pada pukul 00.06 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 89,23 dolar AS per barel.

Volatilitas pasar baru-baru ini telah mengikuti kekhawatiran tentang pasokan yang tidak memadai dalam beberapa bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan karena OPEC berjuang untuk meningkatkan produksi.

Namun, produksi di OPEC dan Amerika Serikat telah naik ke level tertinggi sejak awal pandemi virus corona. Produksi OPEC mencapai 29,6 juta barel per hari (bph) dalam bulan terakhir menurut survei Reuters.

Kilang Minyak. (Foto: Pertamina PHE)

Sementara itu, produksi AS naik menjadi 11,82 juta barel per hari pada Juni. Keduanya berada di level tertinggi sejak April 2020.

Dilansir dari Antara, aktivitas pabrik China memperpanjang penurunan pada Agustus karena infeksi COVID baru, gelombang panas terburuk dalam beberapa dekade, dan sektor properti yang bermasalah membebani produksi, menunjukkan ekonomi akan berjuang untuk mempertahankan momentum.

Para menteri keuangan dari kelompok negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) akan membahas batas harga yang diusulkan pemerintahan Biden untuk minyak Rusia ketika mereka bertemu pada Jumat (2/9/2022).

Baca Juga

Mobil Salah Isi BBM, Ini Dampaknya pada Mesin

Meskipun ekspor minyak Rusia mencapai level terendah sejak Agustus lalu, pendapatan ekspor pada Juni meningkat sebesar 700 juta dolar AS bulan ke bulan karena harga yang lebih tinggi, 40 persen di atas rata-rata tahun lalu, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bulan lalu.

Para pemimpin Barat telah mengusulkan untuk mengatasinya melalui pembatasan harga minyak guna membatasi berapa banyak penyuling dan pedagang dapat membayar untuk minyak mentah Rusia. Sebuah langkah yang Moskow katakan tidak akan dipatuhi dan dapat digagalkan dengan mengirimkan minyak ke negara-negara yang tidak mematuhi batas harga. (*)

Baca Juga:

Harga Minyak Dunia Tinggi, Pertamax Bisa Tembus Rp 16 Ribu

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan