Hacker Sebar Data Rahasia Pasien Rumah Sakit di DarkWeb

Minggu, 07 Februari 2021 - Raden Yusuf Nayamenggala

PASIEN pada sejumlah rumah sakit di Amerika Serikat, mendapati nama, ulang tahun dan hasil kolonoskopi mereka di dark web. Diduga merupakan ulah tindak kejahatan cyber yang dilakukan oleh peratas.

NBC News melaporkan, puluhan ribu file yang dirilis, berasal dari pasien di Leon Medical Center di Miami dan Rumah Sakit Umum Nocona di Texas.

Baca Juga:

Fitur Baru Instagram Lindungi Akun dari Peretas

Serangan dunia maya yang menimpa rumah sakit dan organisasi perawatan kesehatan semakin marak di Amerika Serikat (Foto: Pixabay/b_a)

Catatan pasien yang diposting dalam peretasan tersebut, juga disertakan surat kepada perusahaan asuransi. Seorang pengacara Rumah Sakit menuturkan, tampaknya tidak ada ransomware yang mengunci sistem di Nocona.

Serangan dunia maya yang menimpa rumah sakit dan organisasi perawatan kesehatan semakin marak di Amerika Serikat. Bahkan, pada paruh kedua tahun 2020 serangan berlipat ganda dibanding dengan paruh pertama.

Saat itu, ada dua serangan besar menargetkan fasilitas perawatan kesehatan AS pada musim gugur. Tapi, para penjahat dunia maya biasanya tidak memposting informasi pasien secara publik.

Mereka biasanya melakukan hal itu untuk memperkenalkan bug yang mengunci sistem komputer Tujuannya untuk mendapatkan tebusan dan akan merilis data bila tebusan tidak dibayarkan.

Baca Juga:

Terdapat 'Celah' Pada Tiktok yang Bisa dimanfaatkan oleh Peretas

Para peretas melakukan kejahatan cyber demi mendapatkan sejumlah uang tebusan (foto: Pixabay/fotoart-treu)

Selain melakukan peretasan sebagai modus untuk mendapat uang tebusan. Serangan ransomware sangat berbahaya bagi pasien, karena bisa mencegah dokter dan perawat mengakses file.

Dokter dan perawat mungkin tidak bisa melihat catatan kesehatan pasien, yang mencakup informasi medis pasien seperti alergi obat, atau penggunaan mesin MRI dan CT scan.

Selain itu, ransomware juga berbahaya jika rumah sakit mengalami kesalahan data selama 30 hari setelahnya. Karena bisa menyebabkan banyak orang meninggal. Ini sangat menghabiskan waktu untuk memperbaiki sistem, dibanding fokus sepenuhnya pada pengobatan.

Sebagian besar organisasi perawatan kesehatan maupun rumah sakit, tidak siap menghadapi serangan siber. Bahkan mereka memiliki lebih sedikit sumber daya untuk mengatasi masalah tersebut, setelah hampir satu tahun memerangi COVID-19. (Ryn)

Baca Juga:

Peretas Kacaukan Rantai Pasokan Vaksin COVID-19, Apa Motifnya?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan