Habis Thanksgiving Terbitlah Black Friday, Apa Itu dan Bagaimana Sejarah Kemunculannya?
Sabtu, 30 November 2024 -
Merahputih.com - Pasca merayakan rasa syukur melalui momentum Thanksgiving, di Amerika Serikat ada budaya yang disebut Black Friday. Lantas apakah maknanya dan bagaimana sejarah kemunculannya?
Dikutip dari Britannica, mulanya istilah Black Friday berkonotasi negatif. Istilah ini mencuat pada awal 1960-an.
Istilah Black Friday berkonotasi negatif karena dimulai dari polisi Philadelphia yang mendeskripsikan situasi tak terkendali alias kekacauan yang terjadi akibat sejumlah besar turis pinggiran kota masuk ke kota dengan niat berbelanja keperluan Natal.
Masalahnya ketika Black Friday berlangsung pada masa silam, intensitas lalu lintas menjadi sangat tinggi. Angka terjadinya kecelakaan turut tinggi.
Baca juga:
Pelaku usaha hingga pemilik bisnis mencoba untuk mengembalikan kesan momen tersebut lebih baik. Sehingga mereka menyebutnya dengan Big Friday, bukan Black Friday.
Namun, upaya penyebutan Big Friday tidak berhasil karena lebih populer lagi Black Friday. Sekitar 1985, istilah tersebut berkembang seantero negeri paman sam. Dan terus bergulir hingga 2013, sampai akhirnya Black Friday jadi diterima banyak kelompok.
Baca juga:
Sehingga ketika Black Friday tiba. Para pedagang memberikan penawaran menarik, diskon bedar-besaran untuk menggaet pembeli.
Dengan kebiasaan ini, makanya masyarakat dunia sangat menantikan momentum Black Friday. Pasalnya dengan momentum ini, masyarakat Amerika khususnya, bisa memborong banyak barang dalam jumlah banyak, hanya perlu merogoh kocek dengan harga terjangkau. Momentum hari belanja besar-besaran. Menikmati promo, diskon sampai Cashback dengan produk-produk bagus. (Tka)