Fakta Musim Kemarau 2025, Diperkirakan Terjadi Pada Juni hingga Agustus

Senin, 14 April 2025 - ImanK

MerahPutih.com - Menurut informasi terbaru yang disampaikan oleh BMKG, bahwa puncak musim kemarau 2025 akan berlangsung antara bulan Juni hingga Agustus.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan beberapa wilayah yang diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada Agustus meliputi Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Diperkirakan sekitar 60% wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dengan tingkat kekeringan yang normal.

Sementara itu, 26% wilayah lainnya akan mengalami kemarau yang lebih basah dari biasanya, dan 14% wilayah lainnya lebih kering dari rata-rata.

Baca juga:

Prediksi Musim Kemarau 2025: Durasi, Puncak, dan Wilayah yang Terdampak

Fakta Musim Kemarau 2025

Fakta Musim Kemarau 2025

Durasi Kemarau 2025 Lebih Pendek

Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan durasi yang lebih pendek, ada sekitar 26% wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya. Wilayah yang akan mengalami kondisi ini terutama berada di sebagian Sumatera dan Kalimantan.

Baca juga:

Musim Hujan Berlangsung Hingga Maret, Transisi ke Kemarau di April 2025

Rekomendasi Mitigasi untuk Menghadapi Musim Kemarau

Untuk meminimalisir dampak buruk musim kemarau, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi mitigasi penting yang perlu diterapkan oleh berbagai sektor vital di Indonesia.

Sektor Pertanian

Sektor Kebencanaan

Baca juga:

Apa Itu Old Money? Pengertian, Karakteristik, dan Alasan Menjadi Populer

Sektor Lingkungan dan Kesehatan

Sektor Energi dan Sumber Daya Air

Musim kemarau 2025 diprediksi akan berlangsung dari Juni hingga Agustus, dengan puncak kekeringan terjadi pada bulan Agustus.

Wilayah Indonesia yang terpengaruh bervariasi, dengan sebagian besar mengalami kekeringan normal, sementara beberapa wilayah lainnya mengalami kemarau yang lebih kering atau lebih basah dari biasanya. Oleh karena itu, mitigasi yang tepat di berbagai sektor sangat diperlukan untuk mengurangi dampak buruknya.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan