Dari Hobi Koleksi Barang Jadul Berkembang Jadi Bisnis
Senin, 19 Oktober 2015 -
Merahputih Bisnis - Berangkat dari hobi yang sama yakni mengumpulkan benda-benda koleksi lama, hal ini menjadi alasan utama terbentuknya Komunitas Jadoelan. Saat ini sudah lebih 60 orang anggota yang sudah bergabung di anggota ini.
Ketua pengurus Komunitas Jadoelan Emill Loebis mengatakan, awalnya mereka bertiga Wini, Pak Rasid, dan Emill (Ketua) hanya ingin bersilahturahmi saja. Akhirnya, dari iseng-iseng itulah komunitas ini terbentuk seperti sekarang.
"Kami melihat perkembangan trend jadoel akhir-akhir ini semakin menanjak, dan hampir semua kalangan tertarik dengan dengan barang-barang jadoel. Dari situ kita mengumpulkan semua koleksi barang-barang jadoel kita dulu untuk dipamerkan," ujar Emill saat ditemui Blok M Palza, Jakarta Selatan, Minggu (18/10).
Emill menilai, sebenarnya barang-barang lawas yang dimiliki oleh setiap anggota jadoelan pastinya punya nilai historinya sendiri. Untuk itu, daripada harus jadi sampah atau tidak terpakai maka lebih baik di pamerkan melalui suatu event seperti sekarang ini.
"Kebanyakan barang-barang ini memiliki nilai histori masa lalu, terus sangat sayang kalo kita buang atau dikiloin. Lalu kami urungkan niat itu dan dicoba untuk di pamerkan melalui beberapa event-event yang diadakan di Mall-mall," tuturnya.
Menurut Emill, barang-barang lama ini memiliki dua karakter yang bereda yakni barang antik dan barang jadoel. Barang antik ini dilihat dari value yang tinggi, seperti peninggalan dinasti ming, peninggalan belanda, dan nilai harganya diatas lima juta. Sedangkan barang jadoel seperti uang koin, radio, televisi, dan taksiran harganya dibawah 5 juta.
"Kalau harga di kita ini harganya mulai dari Rp 50.000 sampai dengan Rp 800.000, dan harganya masih terjangkau," tuturnya.
Untuk mendapatkan ini, lanjut Emill, pihaknya serta teman-teman dari Komunitas Jadoel terus melakukan hunting di berbagai daerah. Bahkan, sampai ke luar negeri seperti Singapore, Malaysia, dan Australia.
"Kami bahkan rela untuk hunting ke luar daerah Jakarta, bahkan sampai luar negeri. Karena ingin mendapatkan barang yang diinginkan. Kalau barang tersebut susah didapat maka harga jualnya jauh lebih tinggi ketimbang harga yang mudah diperoleh," tuturnya. (Abi)
Baca Juga: