Catat! Anak Autis Wajib Diet, Ini Alasannya

Selasa, 17 Juli 2018 - Ikhsan Aryo Digdo

ANAK berkebutuhan khusus (ABK) dengan kondisi autis wajib menjalankan program diet. Namun, berbeda dengan diet orang pada umumnya. Tujuannya bukan untuk menurunkan berat badan. Anak autis memerlukan diet agar tidak terkena alergi.

Masalahnya, anak autis memiliki sistem pencernaan berbeda dari anak biasanya. Gangguan sistem pencernaan mereka menyebabkan efek tertentu terhadap perubahan perilaku mereka. "Tiap ABK (autis) itu diwajibkan diet. Karena mereka harus GFCF, Gluten free casein free," ujar Lilis Rosliah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan Sekolah Spectrum.

Pantangan wajib mereka adalah menghindari makan mengandung tepung dan susu beserta turunannya. Misalnya untuk tepung sendiri, turunannya termasuk roti dan gandum. Sementara turunan susu seperti keju dan yogurt.

Pun masih banyak pula pantangan lain ABK. Dalam hal ini, bergantung dengan hasil pemeriksaan alergi mereka. Misalnya, ada beberapa anak yang memiliki perubahan perilaku setelah mengonsumsi telur. Sebaliknya, ada pula anak yang tidak memiliki efek karena mengonsumsi telur.

Perlu diingat juga, jangan sekali-kali memberikan anak Abk makanan manis seperti cokelat olahan. Ditambah, buah yang mengandung vitamin C tinggi. Pasalnya jenis makanan tersebut memang dapat meningkatkan mood seseorang.

Pantangan wajib anak autis ialah gluten dan casein (Foto: Pexels/Claudia Romero-Dneprovski)

Namun, berbeda bagi anak autis. Pada dasarnya mereka memiliki mood senang yang tinggi. Sehingga dengan adanya asupan vitamin C dapat membuat mereka merasa senang berlebihan. "Jadi moodnya mereka bisa naik turun," tambah Lilis. Selain itu, penting juga anak autis mengghindari buah yang berubah warna setelah dikupas.

Jika melanggar program diet, efek samping yang akan mereka rasakan berupa perubahan perilaku berlebihan. Misalnya mereka akan lompat-lompat, menangis, dan berteriak. Bahkan tidak jarang anak autis melukai diri mereka sendiri (self injury). "Efeknya bisa bermacam-macam," tambahnya.

Efek tersebut juga terjadi pada waktu tertentu. Ada beberapa anak yang merasakan efek pada saat itu juga. Akan tetapi, beberapa kasus menunjukan mereka mendapatkan efek pada beberapa hari kemudian. "Ada anak yang tiba-tiba nangis. Gak tahunya tiga hari yang lalu dia makan telur. Dia alergi telur," cerita Lilis.

Sebenarnya, makanan apapun bisa saja menyebabkan alergi kepada anak autis. Meskipun pantangan wajibnya ialah kandungan gluten dan casein. Karenanya, orangtua harus cerdik memperhatikan efek yang dirasakan sang anak setelah mengonsumsi makanan tertentu.

Solusinya bisa dengan menjalani pola makan 5 hari rotasi (Foto: Pexels/Pixabay)

Solusi lain yang bisa dilakukan adalah melakukan tes rambut. Helai rambut sang anak akan dijadikan sebagai sampel dan dijadikan sebagai bahan uji coba. Hasil tes akan menunjukkan bahwa anak tersebut alergi dengan makanan tertentu. Namun, kata Lilis tes tersebut tidak ada di Indonesia. Biayanya pun tidak sedikit.

Intinya pengawasan orangtua sangat diperlukan. Namun, jika belum melakukan tes alergi, Lilis menyarankan agar lebih aman anak autis menjalani pola makan rotasi lima hari. Misalnya hari ini mereka mengonsumsi daging ayam. Selama empat hari ke depan mereka tidak boleh mengonsumsi daging ayam. Baru di hari kelima, mereka aman mengonsumsi daging ayam kembali.

Hal tersebut memang terdengar sepele. Akan tetapi, efek yang dirasakan tentunya akan membuat anak autis tidak nyaman. Bahkan Lilis pernah menemukan ada anak yang alergi dengan bumbu dapur seperti bawang putih. "Lebih enak kalau mereka sudah melakukan tes alergi. Jadi tahu pantangannya apa," imbuhnya.

Di samping itu, bisa saja jika ada anak yang mau 'curang' dalam menjalani program diet mereka. Misalnya tidak mengapa mereka diberikan roti tapi dalam porsi kecil. Sebab ada beberapa anak yang tidak terkena efek alergi karena makanan tertentu. Akan tetapi, Lilis tidak pernah menyarankan hal itu. "Kondisi setiap anak pasti berbeda-beda. Jadi kembali lagi ke masing-masing individu," tukasnya. (ikh)

Baca juga: Maksimalkan Potensi Anak Autis dengan Seni

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan