Bukti Ramalan Pangeran Diponegoro

Rabu, 10 Februari 2016 - Selvi Purwanti

MerahPutih Budaya - Sudah menjadi hal biasa, sejak zaman dahulu sebagian besar leluhur Nusantara percaya atau bahkan mengeluarkan ramalan-ramalan terkait masa depan. Ramalan yang hingga kini masih dipercaya misalnya saja, Jangka Jayabaya. Salah seorang Raja Kediri yang sangat tersohor pada zamannya, mengeluarkan beberapa ramalan menyangkut Indonesia sekarang.

Terkait ramalan, ternyata juga dialami oleh Pangeran Diponegoro yang diduga lahir dalam selimut yang dibuat leluhurnya.

Ihwal tersebut, dijelaskan oleh salah seorang sejarawan berdarah Inggris yang sudah puluhan tahun melakukan riset tentang Pangeran Diponegoro dan Jawa kepada merahputih.com di tengah kesibukannya.

“DN (Dipa Nagara atau Pangeran Diponegoro) diramal akan ada takdir yang luar biasa,” jelas Peter Brian Ramsay Carey sejarawan kelahiran Burma berdarah Inggris yang sekarang menetap di Indonesia, Selasa (9/2).

Dalam pencariannya itu, lelaki yang kini berusia 67 tahun juga mempelajari beberapa naskah kuno terkait ramalan-ramalan tentang Pangeran Diponegoro, salah satu tokoh Nusantara yang begitu ia puja.

Peter mengatakan, yang termasuk dalam salah satu teks kuno bahwa Panglima Perang Jawa itu (Pangeran Diponegoro) nantinya akan menimbulkan lebih banyak kerusakan bagi Belanda. Bahkan lebih daripada yang ia (sang Kakek Buyut, Mangkubumi) lakukan dalam Perang Giyanti (1746-1755)- namun hanya Tuhan Yang Mahakuasa, yang tahu akhir ceritanya.

“Mbok Ratu (Ageng), cicitmu ini, ketahuilah kelak sudah kehendak Yang Mahakuasa. Jalan hidupnya jadi lakon luar biasa (Babad Dipanegara, II:45),” tambah Peter.

Kata Peter, semua itu dijelaskan dalam uraian yang panjang dan lebar dalam bukunya, “Kuasa, Ramalan dan Takdir" edisi pertama (hlm.9). Terkait ramalan tersebut, ternyata tepat seperti yang dialami Pangeran Diponegoro yang memilih melawan kolonial Belanda pada tahun 1825 -1830.

Perang tersebut, Pangeran Diponegoro menyebutnya adalah Perang Sabil, yakni perang melawan orang-orang kafir. Dan akibat pertempuran itu, pihak kolonial Belanda mengalami kerugian tidak kurang dari 15.000 tentara yang tewas dan menguras biaya hingga 20 juta gulden.

Ramalan? Hmm. Bagaimana dengan Anda? (Ard)

BACA JUGA:

  1. Kelenteng Yogyakarta Perpaduan Budaya Tionghoa-Jawa
  2. Warisan Budaya Jadi Daya Tarik Turis Asing
  3. Taman Budaya Yogyakarta Kenangan Tangan Sri Sultan HB IX
  4. Seniman Kota Tua: Karya Seni Juga Bagian dari Budaya
  5. Wayang Kulit Tionghoa-Jawa Koleksi Budaya Tionghoa di Nusantara

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan