Bekantan Berjubah di Artwork 'Pandir Wara', Primitive Monkey Noose Rilis Single Paling Satir Agar Melek Soal Kepalsuan Hidup
Selasa, 28 Oktober 2025 -
Merahputih.com - Unit musik rock asal Batulicin, Kalimantan Selatan, Primitive Monkey Noose (PMN), menegaskan kembali eksistensinya di kancah musik nasional dengan merilis single terbaru berjudul “Pandir Wara”. Lagu ini diluncurkan melalui kolaborasi dengan label rekaman Jakarta, demajors, dan menjadi ekspresi kritik sosial yang tajam terhadap realitas di sekitar mereka.
Terinspirasi dari fenomena sehari-hari yang kerap membuat frustrasi hingga memicu ungkapan sarkasme, “Pandir Wara” disajikan sebagai sindiran berbalut gaya khas Primitive Monkey Noose.
Baca juga:
Lirik Lagu 'Where Do You Go?' dari TXT, Gambarkan Perasaan Tertekan akibat Ekspektasi
Secara lirik, lagu ini memiliki lapisan makna ganda. Di permukaan, ia terdengar seperti obrolan ringan di tongkrongan. Namun, di baliknya tersimpan refleksi mendalam.
“Pandir Wara” menjadi simbol dari perilaku yang penuh kebohongan, inkonsistensi, serta kepura-puraan yang kini banyak ditemui dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat.
Simbol Bekantan dan Eksplorasi Musikalitas
Dalam aspek visual, Reggy Dyanta, ilustrator asal Banjarmasin, menerjemahkan pesan “Pandir Wara” melalui artwork yang menampilkan sosok Bekantan (Nasalis Larvatus) berjubah yang berdiri di atas ranting. Primata endemik Kalimantan ini dipilih sebagai simbol ikatan sosial, sekaligus keraguan, mencerminkan dilema manusia antara memilih diam atau berani bertindak.
Reggy mengungkapkan pandangan Bekantan yang mengarah ke belakang, seolah menyiratkan kegelisahan seseorang yang hendak memulai perjalanan panjang.
Baca juga:
Dari sisi musikalitas, “Pandir Wara” menampilkan eksplorasi lintas genre tanpa menghilangkan karakter dasar Primitive Monkey Noose. Instrumen panting, alat musik tradisional Banjar, tetap dipertahankan sebagai elemen kunci komposisi, namun dimainkan dengan notasi yang lebih catchy dan mudah dicerna.
Lebih dari sekadar lagu, “Pandir Wara” adalah bentuk refleksi dan kritik sosial yang dikemas dalam semangat musik rock khas Kalimantan Selatan yang keras, jujur, dan sarat makna. (Far)