Bagaimana Astronot Muslim Berpuasa di Ruang Angkasa?

Jumat, 31 Maret 2023 - Andrew Francois

ASTRONOT dari Uni Emirat Arab Sultan Al Neyadi (41) harus berpuasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) karena sedang melakukan perjalanan dengan kecepatan 27.600 km/jam. Namun, ia mengalami matahari 16 kali terbit dan 16 kali terbenam dalam kurun waktu 24 jam.

ISS adalah tempat penelitian untuk melakukan eksperimen luar angkasa. ISS mengorbit bumi dalam lintasan elips pada ketinggian rata-rata 400 km. Dengan kecepatan 27.600 km/jam, ISS menyelesaikan satu putaran mengitari bumi dalam waktu sekitar 90 menit.

Menurut laporan WION, selama masa orbitnya, ISS mengalami waktu siang hari selama 45 menit dan waktu malam hari 45 menit. Sehingga ISS mengorbit bumi sebanyak 16 kali. Jadi, 24 jam di bumi, bagi para astronot menyaksikan 16 kali matahari terbit dan 16 kali matahari terbenam.

Baca juga:

Astronot NASA Mark Vande Hei Pecahkan Rekor Terlama di Luar Angkasa

Al Neyadi kelilingi bumi hanya dalam 90 menit. (Foto: Instagram/@astro_alneyadi)

Al Neyadi akan melakukan misi luar angkasa selama 6 bulan. Sebagai astronot, ia mendapatkan status 'musafir' yang artinya mendapat keringanan tidak berpuasa. Karena astronot juga perlu makanan yang bernutrisi dan harus tetap terhidrasi.

Namun, ia juga bisa berpuasa mengikuti Greenwich Mean Time (GMT) atau Coordinated Universal Time yang digunakan sebagai zona waktu resmi stasiun luar angkasa. Atau, mereka dapat mengikuti waktu salat di Makkah.

Al Neyadi adalah salah satu dari sedikit astronot Muslim yang telah melakukan perjalanan ke luar angkasa, dan misinya akan berakhir dalam lima bulan. Dia kemudian akan menjadi astronot pertama dari UEA yang menyelesaikan masa tinggal lama di luar angkasa.

Baca juga:

Sejarah Baru! Astronot Berhasil Membuat Biskuit Cokelat di Luar Angkasa

Al Neyadi akan bertugas selama 6 bulan. (Foto: Instagram/@astro_alneyadi)

Pada konferensi pers sebelum perjalanan luar angkasanya, Al Neyadi mengatakan bahwa enam bulan adalah durasi yang lama untuk sebuah misi, yang merupakan tanggung jawab besar. Ia menambahkan bahwa karena 'astronot' cocok dengan definisi 'musafir', maka ia tidak boleh berpuasa selama Ramadhan.

"Tidak wajib jika sakit. Jadi dalam hal itu, apa pun yang dapat membahayakan misi atau mungkin membahayakan anggota kru, kami benar-benar diizinkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah eskalasi kekurangan makanan atau nutrisi. atau hidrasi," katanya. (waf)

Baca juga:

Astronot Jepang Terpesona dengan Indonesia dari Luar Angkasa

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan