Teknologi Cetak 3D Bantu Pembangunan Ulang Terumbu Karang


Butuh puluhan tahun untuk terumbu karang beregenerasi. (Foto: Unsplash/Marek Okon)
ILMUWAN kelautan di Universitas Hong Kong telah mengembangkan metode baru untuk menyelamatkan terumbu karang di lepas pantai kota. Mereka membuat ubin terakota yang dirancang khusus kemudian dicetak 3D untuk membuat terumbu buatan di Taman Laut Hoi Ha Wan.
Taman laut seluas 2,6 kilometer persegi merupakan hotspot keanekaragaman hayati lokal dan merupakan rumah bagi lebih dari 60 spesies karang. Sayangnya di tahun 2018, topan super menghancurkan 80 persen karang di daerah tersebut, dan hanya sedikit spesies yang selamat. Sekarang, jika dibiarkan, akan membutuhkan waktu puluhan tahun bagi spesies tersebut untuk beregenerasi secara alami.
Baca juga:

Dilansir laman Euro News, terumbu karang sangat terpengaruh oleh perubahan iklim. Terumbu karang mendukung sekitar 25 persen dari semua kehidupan laut, menyediakan makanan, tempat berteduh dan tempat bagi organisme lain untuk membesarkan anaknya. Bagi masyarakat yang dekat dengan terumbu karang, menjadi sumber makanan, memberikan perlindungan dari unsur-unsur dan pendapatan melalui pariwisata.
Suhu lautan yang memanas menyebabkan peristiwa pemutihan massal dan seringnya terjadi badai. Menurut sebuah riset baru-baru ini, para peneliti memperkirakan 75 persen terumbu karang di Bumi terancam oleh hilangnya habitat, perubahan iklim, dan gangguan lain yang disebabkan oleh manusia.
Dikembangkan oleh Robotic Fabrication Lab milik universitas, "ubin terumbu" ini membantu karang bertahan hidup dengan membuat permukaan tempat mereka menempel. Fragmen karang tidak dapat dengan mudah menempel ke dasar laut karena bergerak. Kemudian butiran pasir yang abrasif dapat merusak jaringan halusnya juga.
Baca juga:
Gunakan Sinar Matahari, Peneliti Ubah Air Laut Jadi Layak Minum

Ubin karang dicetak 3D menggunakan tanah liat dan kemudian dibakar pada suhu 1125 derajat Celcius untuk mengeras menjadi terakota. Desain rumit mereka terinspirasi oleh pola alami karang dan tim mengklaim bahannya lebih ramah lingkungan daripada alternatif logam atau beton. Terakota secara alami akan terkikis dari waktu ke waktu, artinya dalam beberapa dekade, yang tersisa hanyalah karang baru.
Pada lahan 40 meter persegi, 128 ubin disemai dengan pecahan karang dan dipasang di tiga lokasi pada Juli tahun ini. Saat dipasang ke ubin, pecahannya diangkat dari dasar laut untuk mencegah pasir merusaknya dan mendekatkannya ke sumber cahaya dan nutrisi.
Varietas karang yang diunggulkan memiliki bentuk pertumbuhan yang berbeda-beda. Dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang beraneka ragam sehingga memungkinkan spesies laut lainnya untuk tumbuh subur. Peneliti berharap metode baru ini menjadi kontribusi vital bagi upaya global penyelamatan terumbu karang di seluruh dunia. (lgi)
Baca juga:
Proteus, Stasiun Penelitian Canggih di bawah Laut Karibia
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
iPhone 17 Pro dan Pro Max Pakai Rangka Aluminum, Kenapa Tinggalkan Titanium?

Samsung Sedang Kembangkan HP Lipat Baru, Bakal Saingi iPhone Fold

Sense Lite, Inovasi Baru JBL dengan Teknologi OpenSound dan Adaptive Bass Boost

Chip A19 dan A19 Pro Milik iPhone 17 Muncul di Geekbench, Begini Hasil Pengujiannya

Xiaomi 16 Pro Bisa Jadi Ancaman Buat Samsung Galaxy S26 Pro, Apa Alasannya?

OPPO Find X9 dan X9 Pro Bakal Hadir dengan Baterai Jumbo, Meluncur 28 Oktober 2025

Spesifikasi Lengkap iPhone 17: Hadir dengan Layar Lebih Besar dan Kamera Super Canggih

iPhone 17 Air Resmi Rilis dengan Bodi Tertipis, ini Spesifikasi dan Harganya

iPhone 17 Pro dan 17 Pro Max Punya Desain Baru, Pakai Chip A19 Pro dan Kamera 8x Zoom

iPhone 17 Air Masih Kalah dari Samsung Galaxy S26 Edge, Baterainya Jadi Sorotan
