Teknologi

Gunakan Sinar Matahari, Peneliti Ubah Air Laut Jadi Layak Minum

Leonard Leonard - Kamis, 13 Agustus 2020
Gunakan Sinar Matahari, Peneliti Ubah Air Laut Jadi Layak Minum

Menggunakan metal-organic frameworks dan sinar matahari. (Foto: Unsplash/Isiah Gibson)

Ukuran:
14
Audio:

SEKELOMPOK peneliti internasional baru saja meluncurkan teknologi terbaru yang mampu mengubah air payau dan air laut menjadi air layak minum. Air yang aman dan bersih bisa dihasilkan dalam waktu kurang dari 30 menit. Alat itu menggunakan metal-organic frameworks (MOFs) dan sinar matahari.

MOF adalah bahan yang sangat berpori dengan luas permukaan yang sangat tinggi. Material ini terdiri dari ion logam yang membentuk bahan kristal dengan luas permukaan terbesar dari semua bahan yang selama ini diketahui.

Baca juga:

Limbah Tekstil dan Fesyen Didaur Ulang Jadi Pakaian

1
Energi yang dugunakan lebih sedikit. (Foto: Unsplash/frank mckenna)

Tim peneliti mengembangkan MOF yang benar-benar baru. Temuan baru ini dijuluki PSP-MIL-53 yang mampu menjebak kotoran dan garam dari air laut dan air kotor. Pada dasarnya, ketika bahan ditempatkan di air, bahan itu akan menarik ion keluar dari cairan dan menahannya di bagian permukaannya.

Dalam penelitian, tim menunjukkan, dengan menggunakan MOF buatan mereka, tim mampu mengurangi total padatan terlarut (TDS) dalam air dari 2.233 bagian per juta (ppm) menjadi di bawah 500 ppm. Jumlah itu jauh di bawah ambang batas yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia, yaitu 600 ppm untuk air minum yang aman.

Luar biasanya, semua itu didapat dalam waktu kurang dari 30 menit dan menggunakan energi yang jauh lebih sedikit daripada metode desalinasi lainnya. Tim juga menunjukkan kristal MOF juga dapat diregenerasi untuk digunakan kembali dalam waktu 4 menit dengan memaparkannya ke sinar matahari.

Baca juga:

Limbah Bir Bisa Jadi Energi Terbarukan

2
PSP-MIL-53 mampu menjebak kotoran dan garam dari air laut dan air kotor. (Foto: Unsplash/Manki Kim)

"Desalinasi telah digunakan untuk mengatasi meningkatnya kekurangan air secara global," kata penulis utama Profesor Huanting Wang dari Departemen Teknik Kimia di Monash University di Australia.

Menurut Wang, karena ketersediaan air payau dan air laut serta proses desalinasi dapat diandalkan, air olahan dapat diintegrasikan dengan sistem perairan yang ada dengan risiko kesehatan minimum.

Masalahnya, proses desalinasi termal yang mengandalkan penguapan biasanya membutuhkan konsumsi energi yang tinggi. Metode lain, seperti osmosis balik, juga dikenal sangat boros energi dan butuh banyak bahan kimia untuk pembersihan dan deklorinasi.

"Sinar matahari merupakan sumber energi paling melimpah dan terbarukan di Bumi," jelas Wang. Oleh karena itu, pengembangan proses desalinasi berbasis adsorben baru melalui penggunaan sinar matahari untuk regenerasi memberikan solusi hemat energi dan ramah lingkungan untuk desalinasi. (lgi)

Baca juga:

Aspal dari Daur Ulang Ban Bekas

Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Bagikan