Kenali Penyakit Lain Anak yang Terkena COVID-19
Penularan MIS-C 3 hingga 4 minggu setelah terpapar COVID-19. (Foto: Unsplash/Kevin Gent)
ANAK-anak yang terlihat bugar dan sehat tidak diduga bisa mengidap sindrom peradangan multisistem parah (MIS-C), yang diyakini terkait dengan COVID-19.
Belum lama ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio telah menjelaskan fakta bahwa beberapa anak mungkin menderita kerusakan jantung yang parah setelah tertular COVID-19.
Baca juga:
Berlebihan Mengonsumsi Makanan Olahan Berakibat Tubuh Cepat Menua
Melansir laman Interesting Engineering, penelitian tersebut dipublikasikan di EClinicalMedicine, sebuah jurnal di The Lancet pada Jumat pekan lalu.
Anak-anak yang tertular MIS-C kebanyakan tidak menunjukkan tanda-tanda khas COVID-19. Sepertinyanya anak-anak itu terjangkit COVID-19 tiga hingga empat minggu sebelum tertular MIS-C.
"Anak-anak mungkin tidak memiliki gejala. Tidak ada yang tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Dan beberapa minggu kemudian, mereka mungkin mengembangkan peradangan yang berlebihan di dalam tubuh," jelas Dr. Alvaro Moreira dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas.
Menurut Moreira, anak-anak tidak perlu menunjukkan gejala klasik COVID-19 seperti gangguan pernapasan ketika mengidap MIS-C.
Baca juga:
Orang yang Makan di Larut Malam Cenderung Mengonsumsi Kalori dan Junk food Lebih Banyak
Tim tersebut mempelajari 662 kasus MIS-C dari seluruh dunia dan menemukan statistik yang mengkhawatirkan. Misalnya, 100 persen anak mengalami demam, 71 persen ditempatkan di ICU, 22,2 persen membutuhkan ventilasi mekanis, dan 11 anak meninggal dunia.
Ini pertama kalinya MIS-C masa kanak-kanak baru dianggap terkait dengan COVID-19. Dan sayangnya "MIS-C memiliki begitu banyak wajah yang berbeda sehingga awalnya sulit dipahami oleh dokter," tutur Moreira.
Tingkat peradangan MIS-C melebihi dua penyakit anak serupa: penyakit Kawasaki, dan sindrom jantung toksik. "Untungnya merawat pasien ini dengan terapi yang biasa digunakan untuk Kawasaki (imunoglobulin dan glukokortikosteroid) telah efektif," jelas Moreira.
Hampir setengah dari pasien sudah memiliki kondisi medis yang mendasari, sedangkan setengah lainnya mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
Pemantauan ketat terhadap anak-anak ini akan menjelaskan lebih banyak tentang hasil masa depan mereka, dan penelitian tersebut menjelaskan hasil penuh mereka masih belum ditentukan. (lgi)
Baca juga:
Kurang Vitamin D Dua Kali Lebih Mungkin Terkena Virus Corona
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet