Pulangkan Kombatan ISIS dari Suriah Bangkitkan Kelompok Teroris di Indonesia


Dokumentasi aktivis pada Forum Selamatkan NKRI - DIY melakukan aksi damai di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (7/2/2020). ANTARA FOTO/Andreas Atmoko
MerahPutih.com - Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai, wacana untuk memulangkan 600 eks anggota ISIS asal Indonesia yang saat ini berada di Timur Tengah seharusnya dibatalkan saja. Penolakan tersebut perlu dilakukan mengingat ISIS di Indonesia sudah beberapa kali melakukan aksi terorisme yang menimbulkan korban jiwa.
"Selain itu, ISIS di Indonesia melalui kelompok seperti JAD, JAT, dan MIT menjadikan pemerintah sebagai musuh dan menolak ideologi Pancasila," kata Stanislaus kepada merahputih.com di Jakarta, Senin (10/2).
Baca Juga:
Polemik Memulangkan WNI Eks ISIS, Kang Emil Siap Amankan Kebijakan Jokowi
Ia mengatakan, potensi-potensi ancaman yang diperkirakan bisa menjadi nyata yang bersumber dari kelompok teroris ISIS perlu dipertimbangkan. Apakah risiko ancaman tersebut diterima dengan mengorbankan 270 juta warga negara lainnya, atau memilih untuk menolak 600 anggota ISIS tersebut kembali ke Indonesia untuk melindungi 270 juta WNI.
"Pilihan rasional ini paling mungkin menjadi bahan kajian, dibandingkan pilihan-pilihan lain seperti pertimbangan HAM dan kemanusiaan yang oleh organisasi-organisasi tertentu justru lebih berpihak pada anggota ISIS sebagai pelaku teror daripada kepada 270 juta masyarakat yang sudah ada dan berpotensi menjadi korban terorisme," imbuh Stanislays.
Peristiwa di awal Mei 2018 di Mako Brimob Kelapa Dua Depok tidak boleh dilupakan oleh publik. Sebanyak 154 tahanan melakukan kerusuhan dan mengambil alih Rumah Tahanan Cabang Salemba yang terletak di Markas Komando Brimob Polri di Kelapa Dua Depok.
Lima anggota Polri gugur dalam peristiwa tersebut. ISIS melalui kantor bertita Amag News Agency mengklaim bertanggung jawab atas insiden di Mako Brimob.

Kasus di Mako Brimob ini kemudian diikuti oleh aksi bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo dan penyerangan di Mapolda Riau.
Pasca kerusuhan di Mako Brimob Depok, lebih dari 350 teroris ditangkap yang dilengkapi dengan barang bukti.
Kerusuhan berdarah di Mako Brimob Depok memicu sel tidur simpatisan ISIS untuk bergerak sehingga menjadi ancaman keamanan yang sangat serius bagi negara.
Antisipasi yang dilakukan oleh aparat keamanan dengan menangkap jaringan teroris yang didominasi oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS tersebut adalah langkah tepat untuk mencegah terjadinya aksi lanjutan.
Stanislaus berpandangan, peristiwa tersebut dapat menggambarkan bagaimana brutalnya kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS. Dalam kondisi di dalam sel mereka dapat melakukan serangan yang mengakibatkan lima anggota Polri gugur. Aksi itu juga memicu terjadinya aksi teror lainnya seperti yang terjadi di Surabaya, Sidarjo dan Riau.
"Dalam jumlah 154 di dalam sel tahanan saja dampak yang ditimbulkan sangat merugikan bangsa Indonesia, apalagi jika 600 orang yang sudah didoktrin paham radikal dan sehari-hari menyaksikan dan mengalami peristiwa-peristiwa kekerasan di daerah konflik di Suriah," ungkap dia.
Anggota ISIS yang berasal dari Indonesia banyak yang sudah belajar cara menggunakan senjata, berlatih cara menyerang, melakukan pembunuhan dengan keji.
Baca Juga:
Menteri Era Gus Dur Ngeri Sama Usul Pemulangan 600 ISIS Eks WNI
Aksi-aksi kekerasan seperti memenggal kepala sudah mereka saksikan sehari-hari, bahkan ada yang menjadi eksekutor. Tentu saja pengalaman ini akan sangat berpengaruh bagi perilaku mereka, apalagi jika hidup di tempat yang mereka anggap tidak sesuai dengan ideologi mereka.
Meskipun berbagai perspektif seperti humanisme dan HAM menjadi pembela untuk memulangkan anggota ISIS asal Indonesia tersebut, namun negara sebaiknya tetap mempertimbangkan faktor keamanan dan keselamatan 270 juta warga negaranya.
Perlu diingat bahwa 600 anggota ISIS tersebut meninggalkan Indonesia atas niat sendiri, tanpa izin pemerintah, dan mereka bergabung dengan organisasi teroris yang sudah dilarang. Pilihan tersebut tentu mempunyai implikasi risiko yang harus siap ditanggung.
"Dengan dalih karena faktor kemanusiaan terhadap perempuan dan anak-anak yang menjadi korban juga bukan alasan yang kuat untuk memulangkan 600 anggota ISIS tersebut," tutup dia. (Knu)
Baca Juga:
Kritik Usul Komnas HAM, Bekas Menteri Era Gus Dur Tegaskan Eks ISIS Bukan WNI
Bagikan
Berita Terkait
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda

Remaja 18 Tahun Ditangkap Densus 88, Diduga Sebarkan Propaganda ISIS dan Ajakan Teror

Sheriff Las Vegas Tepis Ledakan Tesla Cybertruck Dekat Hotel Trump Terkait ISIS

Densus Temukan Simbol ISIS di Rumah Salah Satu Pengancam Paus Fransiskus

2 Terduga Teroris yang Ditangkap di Jakbar Sudah Siapkan Bahan Peledak

Terdeteksi Kibarkan Bendera ISIS di Medsos, 2 Terduga Teroris Dicokok di Jakbar

Teroris Remaja Malang Baiat Online ke ISIS Lewat Aplikasi Medsos

Remaja Terduga Teroris Malang Rajin Menabung Buat Beli Bahan Peledak

Pemerintah Indonesia Kutuk Serang Teror di Rusia saat Ramadan

Pemimpin ISIS Tewas Ledakkan Diri Sebelum Ditangkap Intelijen Turki
