Perkembangan Industri Film Indonesia, Sempat Mati Suri
                Film Indonesia kini mulai bangkit (Sumber: Ist)
MESKI perlahan, saat ini industri perfilm Indonesia mulai bangkit. Beberapa karya bahkan tembus ke pasar internasional. Misalnya The Raid, Pengabdi Setan, Suzzana: Bernapas Dalam Kubur, Sekala Niskala, Battle of Surabaya dan masih banyak lagi.
Tak hanya itu saja, beberapa aktor dan aktris Indonesia sudah go Internasional. Misalnya Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim yang sudah terlibat dalam film Hollywood. Atau Chelsea Islan, aktris Indonesia pertama yang menjalin kerjasama dengan rumah produksi Jepang.
Namun, keberhasilan industri film Indonesia tidak didapat begitu saja. Perfilman Indonesia juga sempat mengalami keterpurukan. Bahkan saat itu, banyak penggemar film yang seperti 'alergi' ketika mendengar film buatan anak bangsa.
1. Dominasi asing di fase awal perfilman Indonesia
Sejarah panjang perfilman Indonesia sudah dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Film pertama yang dibuat adalah film bisu berjudul Loetoeng Kasaroeng di tahun 1926 oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film tersebut didukung oleh aktor lokal yang merupakan anak-anak dari Bupati Bandung Wiranata Kusuma II.
Selang beberapa tahun muncul sutradara dari industri film Shanghai bernama Nelson Wong membuat film Lily van Java (1928) untuk perusahaan South Sea Film Co. Setelah itu kedua adiknya, Joshua dan Otniel Wong menyusul untuk membuat perusahaan Halimoen Film.
Kemudian tahun 1931, sutradara bernama The Teng Chun membuat terobosan untuk memproduksi film bicara berjudul Boenga Roos dari Tcikembang. Sayangnya, percobaan itu tidak membuahkan hasil yang baik. Di tahun yang sama Halimoen Film juga membuat film berbicara berjudul Indonesia Malaise.
Di saat penjajahan Jepang, produksi film di Indonesia dimanfaatkan oleh mereka sebagai propaganda politik. Tahun 1942, perusahaan Nippon Eigha Sha hanya memproduksi tiga film yakni Pulo Inten, Bunga Semboja dan 1001 Malam.
Sedikitnya produksi film buatan Jepang dan matinya usaha swasta membuat mata pencarian para artis dan karyawan film hampir tidak ada. Bagi yang sudah mencintai dunia seni peran, mereka menggantungkan hidupnya dari panggung sandiwara. Sementara yang lain mencoba banting setir ke profesi lain.
Bagikan
Berita Terkait
Kamila Andini Comeback Lewat Film 'Empat Musim Pertiwi', Siap Diumumkan Awal November 2025
                      ‘Pelangi di Mars’ Dijadwalkan Tayang 2026: Film Sci-Fi Ambisius tentang Harapan, Teknologi, dan Kemanusiaan di Planet Merah
                      Film Horor Indonesia Abadi Nan Jaya Masuk Top 10 Netflix Global, Berjaya di 75 Negara
                      Samsara Karya Garin Nugroho Raih 3 Nominasi Asia Pasific Screen Award 2025, Intip Sinopsisnya
                      Diangkat dari Kisah Nyata, Film 'Ozora: Penganiayaan Brutal Penguasa Jaksel' Siap Tayang Desember 2025
                      Film Horor 'Dusun Mayit' Siap Meneror di Penghujung 2025, Dibintangi Amanda Manopo hingga Randy Martin
                      Ketika Jamu Jadi Sumber Wabah Zombi, Film 'Abadi Nan Jaya' Siap Tayang di Netflix 23 Oktober 2025
                      Meriah dan Kompetitif, ini nih Daftar Lengkap Nominasi FFI 2025
                      Film 'Sosok Ketiga: Lintrik' Siap Tayang 6 November 2025, Intip Sinopsis, Trailer, hingga Fakta Produksinya
                      'Jumbo' hinga 'Sore: Istri dari Masa Depan' Masuk Nominasi Film Terbaik Festival Film Indonesia 2025