Payung Gucci x Adidas Dijual Seharga Rp 24 Juta, Bukan untuk Tangkal Hujan
Kritik terhadap sun umbrella ini telah viral di platform media sosial Tiongkok. (Foto: Gucci)
SEBUAH payung yang akan dijual di Tiongkok oleh jenama terkemuka Gucci dan Adidas seharga CNY 11 ribu (sekitar Rp 24 juta) diprotes karena tidak dapat digunakan untuk menahan air hujan.
Kritik terhadap barang yang oleh perusahaan disebut sebagai 'sun umbrella' telah menjadi viral di platform media sosial Tiongkok, Weibo.
Protes berdatangan karena situs web Gucci mengatakan produk itu tidak tahan air dan dimaksudkan untuk perlindungan matahari atau penggunaan dekoratif, alias hanya untuk bergaya saja.
Baca juga:
Payung tersebut merupakan bagian dari koleksi kolaborasi Gucci dan Adidas yang sedang dipromosikan secara daring sebelum dirilis pada Juni 2022. Koleksi ini terinspirasi dari gaya tahun 70an, tapi tetap memadukan unsur nostalgia dan kontemporer.
Selain payung, ada koleksi lain seperti tas, sepatu, topi, dan jaket. Semua barang dalam koleksi ini berhasil memadukan khas gaya dua jenama ini, meskipun yang satu biasanya sangat elegan dan yang lain sangat sporty.
Sebuah tagar di Weibo yang diterjemahkan menjadi 'payung kolaborasi yang dijual seharga CNY 11 ribu tidak tahan air', sejauh ini telah dilihat lebih dari 140 juta kali.
Seorang pengguna menyebut payung itu sebagai fashion statement yang sangat hebat tetapi tidak ada gunanya. "Selama saya miskin, mereka tidak akan bisa menipu saya untuk membayar ini," kata pengguna lain.
Namun, beberapa pengguna lain bisa mengerti mengapa produk itu mungkin masih menarik. "Mereka yang bersedia membayar menggunakan barang-barang mewah untuk menunjukkan kelas mereka. Mereka tidak peduli dengan fungsi," tulis seorang pengguna seperti diberitakan BBC (19/5).
Baca juga:
Gerai Gucci di AS Mulai Terima Pembayaran dengan Cryptocurrency
Payung tersebut akan dirilis pada 7 Juni 2022 sebagai bagian dari koleksi baru jenama mewah Gucci dan raksasa pakaian olahraga Adidas. Gucci dan Adidas tidak segera menanggapi permintaan komentar dari BBC.
Namun, juru bicara Gucci mengatakan kepada majalah Caijing yang berbasis di Beijing bahwa produk itu memang tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai payung sehari-hari.
Mereka menambahkan bahwa payung tersebut memiliki nilai untuk dikoleksi dan disimpan dengan baik, serta cocok untuk digunakan sebagai aksesori harian.
Tiongkok merupakan pasar utama bagi merek-merek mewah terkemuka. Pada 2021, penjualan barang mewah naik 36 persen di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini, menurut perusahaan konsultan AS, Bain & Company. Mereka juga memprediksi Tiongkok akan menjadi pasar barang mewah terbesar dalam tiga tahun ke depan. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik
USS 2025 Kembali Digelar di JICC, Lebih dari 300 Brand Bakal Ikut Berpartisipasi!
Ekspresi Duka Laut dalam Koleksi ‘Larung’ dari Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2026
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.