Pandemi Virus Corona Hadirkan Tren Baru di Industri Fesyen
Pandemi menghadirkan tren baru di industri fesyen (Foto: pixabay/pandreykulikov)
PANDEMI virus Corona atau COVID-19 yang melanda Indonesia, membuat daya beli masyarakat terhadap produk fesyen menurun drastis. Hal tersebut dikemukakan oleh Ali Charisma, Ketua Nasional Indonesia Fashion Chamber (IFC).
Menurut Ali, banyak butik-butik dan toko pakaian yang sepi pengunjung, dan sebagian besar lebih memilih untuk belanja secara online.
Baca Juga:
Brand Fesyen Mewah Ini Jual Wearpack 'Kotor' Seharga Rp10 juta, Tertarik?
Ali menilai kebiasaan tersebut akan terus belanjut, meski pandemi COVID-19 telah berakhir. Karena, baginya berbelanja secara online menawarkan beragam kemudahan.
"Meski kita rindu dengan event offline, tapi kebiasaan dan kemudahan yang kita dapat secara online akan terus berlanjut nantinya, dan ter-develope ke yang lebih advance lagi," tutur Ali seperti yang dilansir dari laman Antara.
Ali menjelaskan bahwa anak muda lebih nyaman beberbelanja online, alasanya, kebanyakan dari mereka lebih memilih menggunakan waktunya untuk kegiatan lain, dibanding harus datang ke toko.
Menurutnya saat ini belanja sudah bukan leisure atau kesenangan semata. Karena anak muda bisa melhiat 100 baju, namun yang dipilih hanya satu. Hal itu berbeda dengan belanja di toko offline.
Dengan berbelanja secara online, para anak muda lebih bisa menghemat waktu, energi dan mendapat banyak promo.
Kemudian, pandemi juga menciptakan gaya hidup baru di bidang fesyen. Hingga berpengaruh dengan tren busana serta strategi pegiat fesyen dalam menjual produk.
Baca juga:
Di masa pandemi ini, Ali melihat banyak masyarakat yang cendrung mencari busana multi fungsi, agar bisa digunakan untuk bekerja maupun cara santai.
"Saat ini orang beli baju karena memang perlu saja, seperti ada keperluan khusus misal baju yang di outdoor nyaman, di tempat AC nyaman, dan pakaian yang stylish dan unik dibanding biasanya," jelas Ali.
Selain itu, Ali melihat banyak anak-anak muda memilih pakaian seperti baju tidur namun lebih trendy, matching atas bawah, nyaman dan bisa dipakai untuk jalan-jalan. Menurutnya itu pengaruh dari pandemi.
Di masa sulit pandemi ini, untuk bisa bertahan di industri fesyen, sejumlah desainer pun akhirnya membuat busana yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
"Kita bisa survive kalau semacam menjual produk fesyen yang menyesuaikan, karena lagi diperlukan," ucap Ali.
Di tahun 2021 ini ali mengatakan belum ada perubahan pada industri fesyen. Tapi, Ali berharap kegiatan seperti fashion show bisa kembali dilaksanakan secara offline. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik
Menilik Jenama asal Negeri Sakura UNIQLO Masuk 100 Best Global Brands 2025
USS 2025 Kembali Digelar di JICC, Lebih dari 300 Brand Bakal Ikut Berpartisipasi!
Ekspresi Duka Laut dalam Koleksi ‘Larung’ dari Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2026
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan