Ngebuyu, Upacara Menyambut Kelahiran Bayi di Lampung Pesisir

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Selasa, 10 Januari 2023
Ngebuyu, Upacara Menyambut Kelahiran Bayi di Lampung Pesisir

Salah satu bagian dari upacara adat masyarakat Kalianda untuk menyambut kehadiran bayi yang belum genap berusia 10 hari. (Foto: YouTube/Kaja Betuah)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PULUHAN orang berkumpul di depan salah satu rumah warga di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Si empunya rumah, seorang perempuan berjilbab, membawa baskom berisi uang, beras kuning, uang logam serta kertas, dan permen.

Dia didampingi beberapa sanak saudara. Seorang diantaranya menggendong bayi. Seorang anggota keluarga lelaki berucap melalui mikrofon. "Siap-siap ya!"

Perempuan berjilbab yang membawa baskom lalu meraup isi baskom dan melemparkannya ke warga. Karuan warga berebut mengambil isi baskom tersebut. Mereka terlihat girang. Sementara keluarga pemilik rumah sumringah.

Itulah ngegabokh atau saweran. Salah satu bagian dari upacara adat masyarakat Kalianda untuk menyambut kehadiran bayi yang belum genap berusia 10 hari. Upacara adat itu disebut ngebuyu.

Baca juga:

Turun Mandi Tradisi Menyambut Bayi di Minangkabau

ngebuyu
Mengenal tanah kelahiran berarti mengenal pula orang-orang di sekitar yang hidup bersama di atas tanah itu. (Foto: Unsplash/Setyaki Irham)

"Ngebuyu sendiri bermakna sebagai proses membumikan seorang anak manusia atau memperkenalkan seorang anak agar mengenal lingkungan tempat tinggalnya sehingga kelak seorang anak dapat beradaptasi dengan baik," ungkap Nur Indah Lestari dkk, dalam"Pendidikan Karakter Melalui Tradisi Ngebuyu Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Pesisir", termuat di Jurnal Kaganga, Volume 5 Nomor 1, Juni 2022.

Upacara ini juga digelar untuk memberikan kabar kepada seluruh anggota keluarga bahwa mereka beroleh anggota keluarga baru. Bagi beberapa marga atau buay, tanah kelahiran menjadi unsur pengikat yang kuat antar anggota keluarga. Karena itu, mereka berupaya mendekatkan diri sedini mungkin dengan tanah kelahiran melalui upacara ngebuyu.

Mengenal tanah kelahiran berarti mengenal pula orang-orang di sekitar yang hidup bersama di atas tanah itu. Melalui ngebuyu, mereka berharap bayi yang baru lahir punya ikatan yang kuat dengan anggota keluarga lain. Begitu pula sebaliknya.

Selain masyarakat Kalianda, masyarakat Adat Marga Legun, Way Urang, Lampung, juga punya tradisi sejenis. Mereka melakukan ngebuyu sebelum menggelar aqiqah (syukuran potong hewan ternak).

"Pada tradisi ngebuyu ini, seorang bayi sebelum berumur sembilan (9) hari tidak diperkenankan untuk dibawa keluar rumah. Selain untuk menghindari cuaca yang buruk, hawa dingin dapat membuat mereka terkena sakit," catat Bartoven Vivit Nurdin dan Elis Febriani Jesica dalam "Ritual Ngebuyu: Membumikan Pewaris dan Perubahan Ritual Kelahiran pada Marga Legun, Way Urang, Lampung", termuat di Jurnal Sosiologi, Volume 20, Nomor 2.

Baca juga:

Sepasaran, Tradisi Jawa untuk Menyambut Kelahiran Bayi

ngebuyu
Dimulai dari mengantarkan makanan kepada sejumlah kerabat sekaligus menyampaikan kabar kelahiran anggota keluarga baru. (Foto: Unsplash/Mufid Majnun)

Mereka biasanya menyiapkan ngebuyu sehari sebelumnya. Dimulai dari mengantarkan makanan kepada sejumlah kerabat sekaligus menyampaikan kabar kelahiran anggota keluarga baru dan undangan datang ke acara ngebuyu.

Hari berikutnya, keluarga yang menggelar ngebuyu akan mengeluarkan bayi dari rumah. Mereka menginjakkan kaki bayi untuk kali pertama ke tanah. Bersama itu pula, sesi ngegabokh digelar.

Selama ngegabokh, bayi juga dimandikan. Dahulu ke sungai, tapi zaman sekarang cukup di dalam ember.

Masyarakat Marga Legun percaya upacara ngebuyu mendatangkan kebaikan bagi si bayi kelak. Bila upacara tak digelar, mereka meyakini akan ada hal buruk menimpa bayi.

"Jika salah satu masyarakat Marga Legun melanggar hukum adat tersebut, dan apa yang terjadi selanjutnya adalah leher si bayi terbaret," lanjut Bartoven dan Elis.

Karena nilai sakral dan keagamaannya, masyarakat Lampung pesisir masih melestarikan upacara ini. (dru)

Baca juga:

Nenjrag Bumi Ritual Perkenalan Bayi pada Alam Semesta

#Lipsus Januari 2023 Budaya Indonesia
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Tradisi
Tradisi Mencukur Rambut Bayi Ketika Bayi Berusia 40 hari
Dilakukan di berbagai adat dan negara.
Andrew Francois - Jumat, 27 Januari 2023
Tradisi Mencukur Rambut Bayi Ketika Bayi Berusia 40 hari
Tradisi
Tradisi Puputan Adat Jawa untuk Berkah Keselamatan Anak
Tujuannya untuk memohon keselamatan bagi bayi yang bersangkutan.
P Suryo R - Kamis, 26 Januari 2023
Tradisi Puputan Adat Jawa untuk Berkah Keselamatan Anak
Tradisi
Passiliran Tradisi Pemakaman Bayi dalam Batang Pohon Desa Kambira, Toraja
pasilliran adalah tradisi pemakaman bayi, khususnya bayi tersebut meninggal sebelum tumbuh gigi.
P Suryo R - Selasa, 24 Januari 2023
Passiliran Tradisi Pemakaman Bayi dalam Batang Pohon Desa Kambira, Toraja
Tradisi
Upacara Kematian Pangulu Suku di Nagari Taluk
Nagari Taluk yang berada di Provinsi Sumatera Barat masih menjaga tradisinya.
Ikhsan Aryo Digdo - Senin, 23 Januari 2023
Upacara Kematian Pangulu Suku di Nagari Taluk
Tradisi
Mumifikasi pada Suku Asmat Hanya untuk Kepala Suku
Mumifikasi dilakukan dengan mengolesi jasad menggunakan ramuan alami.
P Suryo R - Senin, 23 Januari 2023
Mumifikasi pada Suku Asmat Hanya untuk Kepala Suku
Tradisi
Ritual Tiwah, Prosesi Pemakaman pada Suku Dayak Ngaju
ada kehidupan setelah melewati kematian.
P Suryo R - Jumat, 20 Januari 2023
Ritual Tiwah, Prosesi Pemakaman pada Suku Dayak Ngaju
Tradisi
3 Hal yang Tak Boleh Dilewatkan Ketika Imlek
Imlek juga identik dengan berbagai tradisi unik yang jarang ditemukan pada hari-hari biasa.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 19 Januari 2023
3 Hal yang Tak Boleh Dilewatkan Ketika Imlek
Kuliner
Asal-Usul Mi Panjang Umur, Hidangan Khas Imlek
Korelasi antara mi dan umur panjang mungkin ditambahkan dan dibuat-buat kemudian.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 19 Januari 2023
Asal-Usul Mi Panjang Umur, Hidangan Khas Imlek
Tradisi
Kaparupuhan, Kematian pada Suku Baduy
Pada suku adat Baduy, kematian disebut dengan Kaparupuhan.
P Suryo R - Rabu, 18 Januari 2023
Kaparupuhan, Kematian pada Suku Baduy
Tradisi
Ritual dan Makna Kematian pada Suku Adat Jawa
Biasa menggelar selamatan dari mulai hari kematian hingga bertahun-tahun lamanya.
P Suryo R - Selasa, 17 Januari 2023
Ritual dan Makna Kematian pada Suku Adat Jawa
Bagikan