Mengoleksi Lukisan Tidak Bisa Sembarangan


Memelihara lukisan penting dan banyak tantangannya. (unsplash @alinnnaaaa)
KARYA manusia yang umumnya berbentuk dua dimensional itu sangat penting untuk dijaga kualitasnya.
"Lukisan adalah sebuah aset, kalau tidak dijaga, nilainya akan menurun," buka Jarot Mahendra, Konservator Galeri Nasional Indonesia dalam webinar, Selasa (6/10).
Baca juga:
Bagi yang tidak hobi atau paham lukisan, mungkin kamu hanya melihat lukisan sebagai sebuah pajangan dan tidak paham mengapa penting menjaganya.
Seringkali, lukisan-lukisan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Karena zaman dulu teknologi fotografi tidak canggih, mereka bersandar pada lukisan untuk dokumentasi. Lukisan yang bersejarah bisa dibandingkan seperti penemuan fosil-fosil dinosaurus.

Tidak harus bersejarah, Mahendra menjelaskan karena lukisan bisa menjadi media ekspresi bagi pelukis. Penikmat lukisan yang melihat sebuah lukisan bisa merasakan ketertarikan dan makna dari sebuah lukisan.
Seperti lukisan The Scream oleh Edvard Munch pada tahun 1893. Dari satu gambar itu muncul banyak perspektif dan perasaan yang berbeda-beda mengenai ekspresi sosok di lukisan tersebut. Ada juga yang menganggap itu suatu ekspresi kekaguman, kecemasan, dan kesedihan. Lukisan tersebut saat dilelang mendapatkan tawaran sebesar Rp1,2 triliun.
Nilai besar yang dimiliki lukisan membuat penting untuk menjaganya. Sebelumnya, apa saja sih faktor-faktor yang bisa merusak lukisan? Mahendra menyebutkan terdapat delapan faktor yaitu kelembaban dan suhu, radiasi sinar UV atau IR, hama, polusi atau debu, manusia (mishandling, vandalisme, pencurian, dan pemalsuan), api, air, dan disosiasi data lukisan.
Faktor-faktor di atas akan memiliki dampak yang lebih besar pada lukisan yang sudah menua, apalagi lukisan dengan kanvas organik. "Sama seperti manusia, semakin tua kulit kita semakin keriput. Cat dalam lukisan juga saat menua akan retak, atau mengelupas," jelas Mahendra. Celah-celah dari retakan cat itulah yang juga akan membuat restorasi menjadi lebih sulit.
Baca juga:
Para pembicara di webinar juga menekankan konservasi preventif lebih baik daripada restorasi. Galeri Nasional Indonesia sendiri lebih banyak melakukan perawatan preventif bahkan selama pandemi. "Kontrol, kontrol, dan kontrol intinya," tekan Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia. Sebisa mungkin, jika sebuah lukisan tidak memiliki kerusakan yang fatal, mereka tidak akan menyentuhnya untuk menjaga otentitasnya.
Lalu, apa saja tips bagi para kolektor lukisan di rumah untuk menjaga lukisannya? Iwa Akhmad Surnawi, Konservator Galeri Nasional Indonesia memberikan tiga tips utama.

"Pertama, pastikan koleksi lukisan sudah tercatat dengan baik dengan baik dan benar, seperti data fisik, kondisi, dan dokumen penyerta. Kedua, pastikan koleksi lukisan ditempatkan pada tempat yang baik. Ketiga, pastikan koleksi lukisan dicek secara rutin," ucap Surnawi.
Surnawi juga menekankan cara mengatasi lukisan seperti menggunakan trolley untuk memindahkan lukisan yang besar, dan jika lukisan tidak atau belum dipajang, jangan sampai lukisan-lukisan tersebut ditumpuk. "Maksimalnya tempatkan lukisan di tempat ber-AC, pasang pembersih udara untuk menghindari polutan, juga penyaring cahaya UV untuk menghindari lukisan rusak karena matahari," tambahnya.

Lukisan itu indah, cenderung mahal, banyak faktor yang bisa bikin rusak, dan tidak gampang untuk merawatnya. Jika merasa lukisan butuh restorasi, para pembicara webinar menekankan bahwa orang-orang yang tidak memiliki ilmu konservasi tidak disarankan untuk melakukan restorasi lukisan sendiri. "Ilmu konservasi merupakan keahlian bukan keterampilan," kata Mahendra.
Jika memiliki lukisan di rumah dan memiliki masalah hama misalkan, lebih baik memanggil jasa pest control seperti Integrated Pest Management (IPM).
Cara yang paling baik untuk merawat koleksi lukisan adalah dengan menyayanginya. Galeri Nasional Indonesia membagi quotes penting dari Cessare Brandi, seorang kritikus seni dan sejarawan. Quote tersebut berbnyi 'kualitas dan modalitas dari intervensi restorasi akan sangat terkait dengan ada tidaknya pengakuan terhadap seni'.
Intinya, kualitas dari apa yang dilakukan oleh seseorang konservator dipengaruhi oleh bagaimana seseorang konservator menganggap penting suatu karya. "Kalau anggap penting, tentunya dia akan berhati-hati," tutup Mahendra. (lev)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Sambut SBY dan Pelukis Jerman, Pramono: Kolaborasi Melukis Ikon Jakarta

LEGO Datangkan Petualangan di Set One Piece, Yuk Menjelajah Bersama Kru Topi Jerami

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI

Lukisan, Harapan, dan Kebaikan: Ekspresi Tulus Pelukis Gadis Dharsono di Pameran 'Joy in Color'
Konflik di Timur Tengah Lahirkan Seri Lukisan 'The Deal of Century': Doa Agar Imajinasi Perdamaian Tercipta

Dangdut hingga Hip Hop, Jakarta Qualifier Red Bull Dance Your Style Tampilkan Banyak Kejutan

Build the Thrill Bawa Keseruan Kolaborasi LEGO dan F1

Mengunjungi Instalasi Seru dari LEGO x F1, Gabungkan Dunia Balap dengan Kreativitas
Fujifilm Rilis instax mini 41, Kamera Analog Instan dengan Tampilan Retro

Lego Kolaborasi dengan Formula 1, Luncurkan Set Terbaru
