Lorong Waktu, Karya Maestro Batik Indonesia dalam Closing Night JF3
Karya dalam presentasi ini merupakan perpaduan antara batik yang penuh makna dengan unsur-unsur modern. (Foto: merahputih.com/Andreas Pranatalta)
SUARA gamelan mengalun merdu kala lampu-lampu mulai diredupkan. Pemandangan pun berganti menjadi kehadiran puluhan peraga busana yang berjalan pelan melintasi area runway. Mereka memakai batik dengan berbagai corak dan potongan serta warna. Namun, paling mencolok adalah penampilan kain brokat semi transparan yang menutupi wajah.
Seluruh peragaan busana ini merupakan rangkaian dari acara puncak atau Closing Night JF3 Fashion Festival yang digelar di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (6/9). Peragaan busana di hari penutupan ini mengangkat tema Lorong Waktu.
Baca Juga:
Dalam Lorong Waktu, ada 54 koleksi batik yang ditampilkan. Koleksi itu merupakan hasil kolaborasi antara Lakon Indonesia dan Batik Cahyo. Cahyo merupakan salah satu maestro batik terbaik Indonesia yang masih hidup sampai saat ini.
Kolaborasi ini merupakan upaya Lakon Indonesia untuk melestarikan karya dan budaya asli Indonesia supaya tetap awet dan berinovasi dalam berbagai model fesyen Indonesia. Hal ini sesuai dengan tema yang diangkat oleh JF3 2022 yaitu cultural diversity dan sustainability.
“Biasanya kekayaan intelektual itu menghilang bersama kepergian sang maestro. Makanya tahun ini kami mencoba untuk mengangkat para seniman-seniman Indonesia yang memang berkarya supaya catatan itu ada,” ungkap Founder Lakon Indonesia Thresia Mareta dalam sesi konferensi pers.
Lorong Waktu tampil dalam tempo slow-paced. Seluruh peraga busana berjalan dengan pelan di atas runway. Ini disesuaikan dengan tema lorong waktu yang berarti terkadang waktu berjalan pelan dan memiliki masanya sendiri. Makna ini juga bisa dilihat melalui berbagai bentuk jam dinding mati yang terpajang di area depan pintu masuk JF3.
Baca Juga:
Hal menarik lainnya adalah runway berwarna putih itu dihiasi lukisan bunga dan dedaunan dengan tinta biru navy pada malam puncak JF3. Sebelumnya, runway ini hanya berwarna putih polos.
Selain Thresia, hadir pula Soegianto Nagaria sebagai chairman dari JF3 dalam sesi konfrensi pers. Soegianto menyebutkan JF3 merupakan ruang khusus agar fesyen Indonesia semakin dikenal dan punya dampak dalam dunia fesyen. JF3 juga diharapkan dapat membawa jenama muda lokal Indonesia untuk lebih punya kreativitas tinggi dan inovasi.
Fashion Show JF3 telah dilaksanakan sejak 1 September 2022. Melalui rangkaian ini, Soegianto bercerita bahwa ia merasa bersyukur karena antusiasme masyarakat begitu tinggi dalam menyambut upaya pelestarian fesyen asli Indonesia.
"Kita di fashion village penjualannya cukup baik. Kalau dibilang target, ada melewati target. Kalau untuk yang datang ke acara JF3 ini, saya kira ini melewati target lah," tutur Soegianto. (mcl)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dari Sneakers Langka hingga Vinyl Kolektibel, Cek 3 Zona Paling Hits di USS 2025
USS 2025 Resmi Dibuka: Lebih Megah, Lebih 'Kalcer', dan Penuh Kolaborasi Epik
USS 2025 Kembali Digelar di JICC, Lebih dari 300 Brand Bakal Ikut Berpartisipasi!
Ekspresi Duka Laut dalam Koleksi ‘Larung’ dari Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2026
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan
Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet