Kunci Popularitas Sebenarnya dari Fenomena 'Barbenheimer'


Kedua film ini berbicara dengan serangkaian nilai dan peluang yang lebih luas untuk dipertimbangkan oleh studio. (Foto: imdb)
SETELAH cukup lama didominasi oleh fandom superhero prefabrikasi, kehadiran fenomena Barbenheimer (Barbie dan Oppenheimer) di layar lebar bak sebuah angin segar untuk para penikmat sinema. Sebab, baik Barbie maupun Oppenheimer telah menunjukkan potensi yang memiliki pengaruh luar biasa pada budaya populer dengan cerdas dan inovatif.
Pendapatan fantastis kedua film itu menjadi bukti keduanya membawa suatu kebaruan di industri perfilman Hollywood. Fenomena Barbenheimer secara gamblang menjelaskan penonton menginginkan orisinalitas dan penemuan, bukan sekuel dan variasi tanpa akhir dari apa yang datang sebelumnya.
Baca Juga:
Namun, lebih dari itu, kedua film ini berbicara dengan serangkaian nilai dan peluang yang lebih luas untuk dipertimbangkan oleh studio saat mereka mengembangkan lebih banyak film dianggap layak oleh penonton yang berubah-ubah.
Di samping itu, menurut IndieWire ada pula beberapa poin yang dianggap menjadi kunci kesuksesan kedua film ini, misalnya:
1. Memprioritaskan ide, baru merek
Barbie adalah pemasaran merek skala besar yang dibungkus dalam ide perlawanan akan patriarki. Sementara itu, Oppenheimer adalah pandangan yang mencekam tentang ancaman perang nuklir berkelanjutan.
Kedua film ini didorong oleh ide-ide besar, tetapi tidak memanfaatkan merek sebagai tujuan itu sendiri. Kedua film ini jelas ingin melibatkan otak penonton, bahkan menggunakan fantasi pelarian sebagai landasan intelektual untuk menarik minat audiens.
2. Bersandar pada kepadatan pasar
Barbenheimer pada awalnya mungkin nampak seperti fenomena tunggal, tetapi hal ini tak sepenuhnya benar. Sebab, audiens bukanlah konsep monolitik.
Studio film memang sering menghindari persaingan, tetapi mungkin lebih masuk akal untuk berani mengambil risiko dan mempertimbangkan persaingan sehat yang sebenarnya, layaknya Barbie dan Oppenheimer.
Baca Juga:
Sebab, jika audiens hanya memiliki satu opsi premier pada akhir pekan tertentu dan tidak sesuai dengan kebutuhan, mereka cenderung untuk tinggal di rumah dan tidak menonton.
Pada akhirnya, keberanian Barbenheimer untuk bersaing secara sehat menjadi satu nilai kuat untuk kesuksesan keduanya.
3. Tidak mencoba menduplikasi kesuksesan
Kita telah menempuh rute yang tidak pasti ini sebelumnya dengan kehadiran Marvel Cinematic Universe. Sebuah sekuel terus-menerus dari sebuah film sukses yang pada akhirnya membuat Disney harus mengatasi kelelahan yang dibuatnya sendiri.
Lewat Barbenheimer, Holywood dirasa bisa belajar. Alih-alih mencoba mereplikasi formula, studio harus mempertimbangkan mengapa sebuah formula itu tidak dapat direplikasi.
Para pembuat film harus berani mengeksplorasi dan mencari tahu apa yang ingin mereka buat dan biarkan. Nolan sejak lama telah menjadi sutradara yang menerapkan prinsip ini dalam karya-karyanya dan Gerwig mungkin akan bergabung dengannya. (dsh)
Baca Juga:
Posisi Terbaik Kursi Bioskop untuk Nonton 'Oppenheimer' Versi Christopher Nolan
Bagikan
Berita Terkait
Jejak Masa Lalu dan Teror Fotografi dalam Film Horor 'Shutter', Dibintangi Vino G. Bastian dan Anya Geraldine

Film 'Keadilan (The Verdict)' Tayang di Bioskop 20 November 2025, Simak Sinopsis hingga Fakta Menarik di Balik Produksinya

'Demon Slayer: The Movie - Infinity Castle' Kembali Pimpin Chart Box Office AS, Jadi Film Anime Terlaris Sepanjang Masa

Suzzanna Universe Berlanjut, 'Santet Dosa di Atas Dosa' Segera Meneror Bioskop

Tom Holland Alami Gegar Otak Ringan, Syuting 'Spider-Man: Brand New Day' Dihentikan Sementara

Skenario Ditulis Edwin dan Eka Kurniawan, Bagaimana Sinopsis Film Horor Fantasi 'Monster Pabrik Rambut’?

Ketika Ibu Hadir Kembali Lewat Teknologi AI, Film 'Mothernet (Esok Tanpa Ibu)' Siap Tayang di Bioskop 22 September 2025

Dari Gunung Bersalju ke Benteng Angker, Kisah Film Horor Mendatang Netflix ‘The Boy in the Iron Box’

Film Pesugihan Sate Gagak: Kaya Raya karena Setan Langganan Sate, Intip Sinopsisnya

Jack Black dan Paul Rudd Bintangi Remake 'Anaconda', Siap Tayang Akhir Tahun 2025
