Musik

Kisah di Balik Logo 'Tongue and Lips' The Rolling Stones

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Selasa, 31 Januari 2023
Kisah di Balik Logo 'Tongue and Lips' The Rolling Stones

Logo Hot Lips yang mendunia. (Foto: Unsplash/Vale Arellano)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

DARI mana kah inspirasi logo lidah dan bibir band kesohor The Rolling Stones? Kalau kamu menjawab, "dari wajah sang vokalis Mick Jagger", kamu salah. Sang desainer ungkap fakta lain mengenai logo tersebut. Inilah rahasia sesungguhnya yang terkubur lama.

The Rolling Stones boleh dibilang adalah salah satu band yang memiliki karier paling cemerlang dan logo yang paling ikonik sepanjang masa.

Ketika melihat logo bergambar bibir dan lidah berwarna merah ceri yang menyembul di antara deretan gigi, kita akan langsung menyadari bahwa logo tersebut merupakan logo dari band asal Britania Raya ini.

Logo itu berusia lebih dari 50 tahun. Nama sebenarnya lebih dikenal sebagai Hot Lips. Logo ini sekarang bisa dijumpai tercetak pada hampir segala hal. Mulai dari mug, poster, kaos, hingga item fesyen lainnya, sehingga orang yang bahkan bukan penggemar band ini pun dapat menikmatinya.

Baca juga:

The Rolling Stones Resmi Bergabung di TikTok

the rolling stones
Logo Hot Lips dapat ditemukan di beragam barang, salah satunya kaos. (Foto: Unsplash/Logan Weaver)

Tapi dari mana sebenarnya logo Hot Lips berasal? Mengapa The Rolling Stones memutuskan untuk memakai logo merah mencolok yang satu ini?

Semua berawal saat The Rolling Stones menghubungi Royal College of Art di London untuk menanyakan apakah ada mahasiswa yang bisa dipakai jasanya untuk membuat poster untuk tur Eropa tahun 1970 mereka.

Royal College of Art merekomendasikan John Pasche, seorang siswa mereka. "Pasche akhirnya bertemu dengan sang vokalis Mick Jagger. Dia menawarkan beberapa desain," tulis americansongwriter.com.

Namun sayang, Jagger tidak puas dengan desain yang Pasche tawarkan pada pertemuan pertama itu dan meminta revisi dari rancangan yang telah diajukan.

Untungnya, poster versi kedua sukses melahirkan kesepakatan antara Pasche dan Rolling Stones.

Tak lama setelah itu, Pasche dihubungi lagi oleh band legendaris ini. Kali ini ia dihubungi oleh Jo Bergman, asisten pribadi band The Rolling Stones.

Bergman menyampaikan bahwa band menginginkan Pasche untuk membuat logo atau simbol yang dapat digunakan pada kertas catatan, sebagai sampul program dan sebagai sampul buku pers.

Pasche dan Jagger bertemu lagi untuk membahas logo tersebut. Mengutip American Songwriter, Pasche mengenang bahwa Jagger menginginkan sebuah logo yang ikonik, logo yang dapat dengan mudah dikenali seperti logo dari perusahaan bensin Shell.

Dalam pertemuan tersebut, Jagger juga menunjukkan kepada Pasche sebuah ilustrasi dewi Hindu. Gambar dewi yang Jagger tunjukkan adalah Dewi Kali.

Jagger melihat ilustrasi tersebut di sebuah toko dekat rumahnya. Pada masa tersebut budaya India memang sedang menjadi semacam tren di Inggris.

Baca juga:

BTS Masuk Daftar ‘The 50 Greatest Concept Album of All Time’ Rolling Stones

dewi kali
Dewi Kali yang menjadi inspirasi utama pembuatan logo untuk The Rolling Stones. (Foto: Unsplash/Sonika Agarwal)

Namun, Pasche merasa bahwa menjadikan Dewi Kali sebagai logo tidak akan begitu ikonik karena tren akan pudar dalam waktu yang sebentar saja.

Alih-alih menjadikan sang Dewi sebagai logo, ia terpikat pada penggambaran bibir dan lidah Dewi Kali yang menjulur keluar. Itu menjadi inspirasi utamanya dalam merancang logo band The Rolling Stones. Bertentangan dengan kepercayaan sebagian besar orang, lidah dan bibir tersebut bukanlah milik Jagger.

Awalnya, logo tersebut bewarna hitam-putih, karena Pasche ingin logo tersebut menjadi semacam simbol protes. “Ini adalah hal yang dilakukan anak-anak ketika mereka menjulurkan lidah padamu. Itulah alasan utama saya pikir itu akan bekerja dengan baik,” katanya, seperti dikutip The New York Times.

Bahkan setelah lebih dari 50 tahun lamanya, logo tersebut menghasilkan banyak uang untuk The Rolling Stones. Orang-orang memperkirakan bahwa logo tersebut telah menghasilkan ratusan juta pound.

Pada pembuatannya Pasche dibayar £50 (atau sekarang setara 18 juta rupiah). Dia juga diberi bonus sebesar £ 200 (atau sekarang setara 73 juta rupiah).

Pada 1976, Pasche membuat kontrak untuk menerima 10 persen dari penjualan laba bersih dari penggunaan logo tersebut. Dia menghasilkan beberapa ribu pound dari royalti, tetapi pada tahun 1982, dia akhirnya menjual hak ciptanya ke band seharga £26.000, sekarang setara 4,4 miliar rupiah. Wow, dia pun langsung jadi miliuner. (dsh)

Baca juga:

Kenang 2021, BTS hingga The Rolling Stones Gelar Konser Tatap Muka

#Musik #The Rolling Stones
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Indonesia
Theory of Nothing Lepas Single Perdana “Pahlawan”, Liriknya Ditulis Aktivis HAM Usman Hamid
“Pahlawan adalah karya yang mempertanyakan kembali makna kepahlawanan, perjuangan, dan penghianatan dalam narasi sejarah suatu bangsa,” kata Usman Hamid
Wisnu Cipto - Minggu, 09 November 2025
Theory of Nothing Lepas Single Perdana “Pahlawan”, Liriknya Ditulis Aktivis HAM Usman Hamid
ShowBiz
Maulana Ardiansyah Rilis 'Kekasih', Surat Maaf dari Kisah Cinta yang tak Bisa Bersama
Maulana justru membalut Kekasih dalam aransemen yang terasa hangat, enerjik, dan bernuansa upbeat.
Dwi Astarini - Minggu, 09 November 2025
Maulana Ardiansyah Rilis 'Kekasih', Surat Maaf dari Kisah Cinta yang tak Bisa Bersama
ShowBiz
Vintonic Ajak Pendengar Merawat Rasa lewat EP Perdana 'Radio Dalam Hati'
Proyek ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan musik mereka, sekaligus rilisan pertama bersama RCD Records.
Dwi Astarini - Minggu, 09 November 2025
Vintonic Ajak Pendengar Merawat Rasa lewat EP Perdana 'Radio Dalam Hati'
ShowBiz
Ungu Hidupkan kembali 'Laguku' Bersama Prinsa Mandagie
Memunculkan keseimbangan antara nuansa nostalgia dan sentuhan baru yang lebih modern.
Dwi Astarini - Minggu, 09 November 2025
Ungu Hidupkan kembali 'Laguku' Bersama Prinsa Mandagie
ShowBiz
Cerita Penyesalan dari Adrian Khalif dan Dipha Barus dalam Lagu 'Kualat'
Mengisahkan perjalanan emosional seseorang yang diliputi penyesalan setelah menyia-nyiakan cinta tulus dari sang kekasih.
Dwi Astarini - Minggu, 09 November 2025
Cerita Penyesalan dari Adrian Khalif dan Dipha Barus dalam Lagu 'Kualat'
ShowBiz
'Teganya Kau' Kisah Manis Kolaborasi Lyodra dan Penggemar dari Medan
Lagu ini menjadi bukti bahwa inspirasi dan rezeki bisa datang dari hubungan tulus antara musisi dan penggemarnya.
Dwi Astarini - Minggu, 09 November 2025
'Teganya Kau' Kisah Manis Kolaborasi Lyodra dan Penggemar dari Medan
ShowBiz
Lirik Mendalam '10 Menit untuk Selamanya' dari Nyoman Paul
Menyampaikan pesan mendalam tentang betapa waktu yang singkat bisa membawa perubahan besar dan abadi dalam kehidupan seseorang.
Dwi Astarini - Sabtu, 08 November 2025
Lirik Mendalam '10 Menit untuk Selamanya' dari Nyoman Paul
ShowBiz
Lirik Lagu 'Tak Tunggu Balimu' Tentang Keteguhan Hati Seseorang dari Hasantoys
Lagu ini menyimpan makna mendalam tentang kesabaran dan keteguhan hati seseorang yang ditinggalkan kekasihnya.
Dwi Astarini - Sabtu, 08 November 2025
Lirik Lagu 'Tak Tunggu Balimu' Tentang Keteguhan Hati Seseorang dari Hasantoys
ShowBiz
Zion.T Ingatkan Pentingnya Mencintai Diri Sendiri lewat Lirik Lagu 'LOVE ME'
Liriknya menggambarkan bagaimana seseorang belajar menghargai setiap hal kecil dalam dirinya, sebagai bentuk penerimaan dan kasih pada diri sendiri.
Dwi Astarini - Sabtu, 08 November 2025
Zion.T Ingatkan Pentingnya Mencintai Diri Sendiri lewat Lirik Lagu 'LOVE ME'
Fun
FIFTY FIFTY Kembali dengan Album ‘Too Much Part 1’, Tandai Babak Baru Perjalanan Musiknya
FIFTY FIFTY kembali dengan album bertajuk Too Much Part 1. Album ini memadukan ketegangan dan kegembiraan yang muncul.
Soffi Amira - Sabtu, 08 November 2025
FIFTY FIFTY Kembali dengan Album ‘Too Much Part 1’, Tandai Babak Baru Perjalanan Musiknya
Bagikan