Kisah Bule Amerika yang Nyicipin jadi Abdi Dalem Keraton Yogakarta

Muchammad YaniMuchammad Yani - Selasa, 05 September 2017
Kisah Bule Amerika yang Nyicipin jadi Abdi Dalem Keraton Yogakarta

Jay arms(kiri)& Frank (kanan) mahasiswa Amerika yang magang jadi Abdi Dalem Keraton (MP/Teresa Ika)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

DUA orang mahasiswa asal Amerika Serikat, Jay Arms dan Frank Walsh mendapat kesempatan langka menjadi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Tak sembarang orang bisa menjadi abdi dalem. Ada beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi pembantu istimewa Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono ini.

Jay Arms adalah mahasiswa S3 California University yang tengah membuat disertasi. Awalnya Jay mengikuti intership (pertukaran pelajar) yang dilakukan oleh Universitas Sanatha Darma Yogyakarta. Beruntung ia bisa magang di bagian Tepas Tanda Yekti (IT, Pusat Data dan Humas) Keraton Yogyakarta selama dua bulan.

“Disertasi saya salah satunya membahas budaya Jawa. Maka saya harus melakukan penelitian tradisi jawa seperti gamelan Jawa. Lalu saya mencoba mengirim surat permohonan magang di Keraton Yogyakarta,” tutur Jay Arms kepada Merahputih.com dengan bahasa Indonesia fasih beberapa waktu lalu.

Selama magang, Jay mendapat tugas untuk membantu menterjemahkan artikel, surat, buku budaya keraton ke dalam bahasa Inggris. Kadang ia diminta memposkan seluk beluk keraton Yogyakarta dalam bahasa Inggris ke website Keraton Yogyakarta. Beberapa kali ia turut berpartisipasi dalam kegiatan budaya Keraton.

Jay (kiri) & Frank (kanan) mahasiswa Amerika yang magang jadi Abdi Dalem Keraton (MP/Teresa Ika)

Salah satunya prosesi kirab Gunungan Grebeg Besar saat hari Raya Idul Adha. Dalam kegiatan itu Jay turut mengenakan pakaian tradisional Abdi Dalem yakni baju lurik dipadu kain batik jarik, blangkon di kepala dan keris dibagian belakang. Walau terkadang merasa repot, Jay Arms mengaku sangat menikmati status barunya sebagai abdi dalem.

“Repot karena harus pakai kain kemana-mana kalau pas upacara adat. Jadi susah jalan cepat-cepat. Tapi rasanya senang karena jadi tahu banyak budaya Yogyakarta,” kata Jay usai mengikuti prosesi perarakan gunungan Grebeg.

Sementara Frank Wals adalah mahasiswa S2 Ohio Universitas AMerika Serikat. Sehari-hari, tugas Fransk tak jauh berbeda dengan Jay. Ia pun harus bolak-balik ke perpustakaan setempat untuk bisa menterjemahkan surat-surat Keraton ke bahasa Inggris. Walau belum lancar berbahasa Indonesia, Frank sangat kagum dengan budaya Jawa. “Orang di sini sopan, ramah dan sangat membantu. Saya betah di sini,” tutur Frank dengan bahasa Indonesia terbata-bata.

Saat prosesi rebutan Grebeg berlangsung, Frank ikutan menerobos kerumuman masa demi mendapatkan gunungan Grebeg. Pakaian adat jawa ia kenakan tak membuat ribet dirinya saat mengambil gunungan grebeg,

Ia kagum dengan pemerintah Indonesia yang mau dan masih mempertahankan Budaya tradisional Indonesia. “Bagus sekali budaya ini. Semoga bisa terus ada,” pungkasnya.

Kedua Bule Amerika ini mengaku bangga bisa menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta walau hanya berstatus anak magang. Menurut mereka budaya Indonesia kaya akan nilai-nilai kehidupan yang perlu dilestarikan.

Berita ini merupakan laporan dari Teresa Ika, kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Baca juga berita lainnya pada artikel Grebeg Pasa Masih Jadi Primadona Masyarakat.

#Keraton Yogyakarta #Abdi Dalem
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu

Berita Terkait

Indonesia
Abdi Dalem Keraton Solo Antre Paket Sembako Lebaran dari PB XIII, Total Ada 500 Orang
Ratusan abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta menerima gaji dan paket sembako Lebaran.
Wisnu Cipto - Senin, 31 Maret 2025
Abdi Dalem Keraton Solo Antre Paket Sembako Lebaran dari PB XIII, Total Ada 500 Orang
Indonesia
Indonesia Lobi Inggris Pulangkan Rampasan Manuskrip Keraton Jogja Zaman Raflles
Manuskrip dirampas Thomas Stamford Raffles yang juga Letnan Gubernur di Jawa kala peristiwa penyerbuan Keraton oleh pasukan Inggris atau dikenal Geger Sepehi (Geger Sepoy) pada 1812.
Wisnu Cipto - Senin, 25 November 2024
Indonesia Lobi Inggris Pulangkan Rampasan Manuskrip Keraton Jogja Zaman Raflles
Berita Foto
Menilik Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Aksi panggung Yogyakarta Royal Orchestra dalam acara Syukran Rapat Pimpinan DPD RI di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Daerah Istiewa Yogyakarta, Sabtu (23/11/2024).
Didik Setiawan - Minggu, 24 November 2024
Menilik Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Tradisi
Pameran 'Sumakala' Ceritakan Masa Temaram Yogyakarta Setelah Peristiwa Geger Sepehi
Pameran menggambarkan masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 19 Oktober 2022
Pameran 'Sumakala' Ceritakan Masa Temaram Yogyakarta Setelah Peristiwa Geger Sepehi
Bagikan