Keakraban Jokowi dan Pemimpin G7 Beri Optimisme Perdamaian Dunia
Presiden Jokowi berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden saat menghadiri forum KTT G7 di Elmau, Jerman, Senin (27/6). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Kepresidenan/L
MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat akrab dengan para pemimpin dunia KTT G7. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Siti Ruhaini berpandangan bahwa hal tersebut merupakan gestur penerimaan yang tulus dan memiliki kekuatan “trust” dari pemimpin negara-negara G7
“Tentu pertemuan yang bersahabat dan hangat tersebut memunculkan optimisme keberhasilan misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia,” katanya di Jakarta, Rabu (29/6).
Baca Juga
Ruhaini menegaskan, misi utama kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia, yakni mendorong penghentian perang dan kesediaan kedua negara duduk bersama dalam perundingan damai.
Hal tersebut guna mengurangi dampak kemanusiaan terutama korban jiwa dan masalah pengungsian yang rumit, serta menghindarkan dunia dari krisis pangan dan energi yang diakibatkan perang dengan dampak yang mengglobal.
"Terlebih, saat ini dunia belum sepenuhnya pulih dari krisis pandemi," imbuhnya.
Ia menambahkan, kehadiran dan sambutan hangat pemimpin dunia terhadap Presiden Jokowi di KTT G7, akan memperkuat misi dan membuka jalan menuju perundingan Rusia – Ukraina untuk mencapai perdamaian permanen.
Selain itu, lanjut dia, juga menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20. Sehingga KTT G20 pada November mendatang benar-benar menjadi upaya pulih bersama dan lebih kuat dari krisis pandemi dan krisis global yang mengikutinya.
“Presiden menjadikan Presidensi Indonesia pada G20 untuk mengoptimalkan modalitas dan peran Indonesia dalam perdamaian dunia,” terangnya.
Baca Juga
Pimpin Pemerintahan sampai 2 Juli, Wapres Ma'ruf Amin Wajib Konsultasi dengan Jokowi
Untuk itu, sambung Ruhaini, sejak awal Presiden Jokowi menunjukkan komitmen kuat penghentian perang sesuai yang diamanatkan oleh konstitusi. Yakni turut serta menjaga perdamaian dunia dan menjaga legacy sebagai pemrakarsa Gerakan Non-Blok yang menyuarakan kemandirian, menentang apartheid, dan tidak berpihak pada pakta militer manapun.
“Ditambah lagi dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif yang memungkinkan Indonesia bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina,” jelas Ruhaini.
Guru Besar HAM dan Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menilai, penerimaan Presiden Putin atas kunjungan Presiden Jokowi menunjukkan, bahwa Indonesia memainkan peran sebagai “true friend” yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar.
Meski Indonesia pernah ikut menyatakan serangan militer Rusia ke Ukraini tidak dapat diterima, kata Ruhaini, tapi Presiden Putin tetap menerima kunjungan Presiden Jokowi.
“Kita semua berharap misi Presiden dapat meredakan perang dan kedua negara dapat melanjutkan upaya-upaya perdamaian yang lebih permanen,” pungkasnya. (Pon)
Baca Juga
Jokowi Tiba di Polandia Sebelum Bertolak ke Ukraina Lewat Jalur Darat
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
KPK Tangkap Bupati Ponorogo
Ledakan Misterius Terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, 2 Orang Luka-luka
Ledakan Guncang Masjid SMA 72 Kelapa Gading, 8 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit
Polisi Tetapkan 8 Tersangka Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Salah Satunya Berinisial RS
Staf Ahli Gubernur Riau Dani M. Nursalam Serahkan Diri ke KPK Usai OTT
OTT KPK, Gubernur Riau Abdul Wahid Turut Terjaring
Gelar OTT, KPK Cokok Pejabat PUPR Riau
Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII Wafat di Usia 77 Tahun
Artis Onadio Leonardo Ditangkap Polda Metro Jaya Terkait Dugaan Penyalahgunaan Narkoba
Nikita Mirzani Divonis 4 Tahun Bui di Kasus Pemerasan Bos Skincare, Bayar Denda Rp 1 M