Indonesia Amputee Football (INAF) Ubah Keterbatasan Jadi Kesuksesan
Indonesia Amputte Football (INAF). (Istimewa)
PEMAIN bola di belakang Rumah Sakit Suyoto, Jakarta Selatan, tampak berbeda. Mereka menggunakan kruk. Berlari terpincang. Meski tetap bernas mengolah si kulit bundar.
Jika dilihat dari seragam, di bagian logo terpampang tulisan Indonesia Amputee Football (INAF) atau klub pesepak bola disablitas karena anggota badan mengalami amputasi.
INAF dibentuk pada 3 Maret 2018 karena banyak penyandang disabilitas akibat amputasi memiliki minat dan bakat bermain sepak bola.
Dalam perjalanannya banyak aral melintangi. Dari fasilitas hingga masih minimnya pengetahuan masyarakat, termasuk belum adanya dukungan dari pemerintah.
Di tengah keterbatasan tersebut, klub nan semula sebatas penyaluran hobi menjelma menuai banyak prestasi.
"Kita Satu, Kita Sama, Kita Juara, Kita Indonesia". Begitulah moto digunakan para pemain membakar semangat juang tim INAF dalam mengejar prestasi.
Di atas lapangan, hanya ada tiga buah bola, beberapa kerucut kecil untuk latihan, enam tiang latihan, dan dua jaring tiang gawang. Tujuh pemain menggunakan dua tongkat penyangga (kruk) berlatih mengolah si kulit bundar. Sedangkan satu pemain lagi berposisi sebagai kiper, bermodalkan satu buah sarung tangan di tangan kirinya.
Sepak bola memang sudah menjadi magnet tersendiri bagi seluruh masyarakat di dunia. Tak terkecuali kaum disabilitas. Meski sarat keterbatasan, INAF telah diakui sebagai anggota dari badan induk sepak bola amputasi dunia WAFF (World Amputee Football Federation) kedudukannya setingkat dengan FIFA dan IPC (International Paralimpic Committe).
"Kami membentuk ini karena memiliki cita-cita ingin menjadi wadah pembinaan sepak bola amputasi di Indonesia dengan cara profesional. Selain itu kami juga ingin nantinya apa yang sudah kami bentuk bisa memberikan prestasi untuk Indonesia," kata Humas INAF, Vincente Mariano, kepada merahputih.com.
INAF kini sudah mulai mendapatkan perhatian meski belum terlalu optimal. Para pengurus INAF berinisiatif berbicara kepada Komisi X DPR RI, agar nantinya sepak bola amputasilebih bisa dikenal dan dijadikan sebagai salah satu olahraga nasional.
INAF memiliki prestasi cukup membanggakan. Pada tahun 2019, INAF didaulat sebagai salah satu tim terbaik pada kejuaraan digelar di Malaysia. Tidak hanya itu, saat ini INAF dengan Tim Nasional-nya sedang bersiap untuk berlaga di Pra Piala Asia Amputee Football 2020 Malaysia dan Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2022 di Polandia.
Namun, halangan kembali hadir. Dunia dihantam pandemi virus corona alias COVID-19. Persiapan mereka sempat terhenti lantaran pandemi. Mereka sempat berhenti berlatih. Usai pemerintah melonggarkan PSBB, para pemain akhirnya kembali merumput.
Mereka sering beruji tanding dengan beberapa klub sepak bola di Jakarta. Tentu saja semua dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Mereka mampu mencari cara aman untuk tetap mengasah kemampuan. Namun situasi pandemi Covid-19 membuat program mereka terganggu, dan tak semua pemain bisa datang latihan.
"Selama ini kita tetap menjaga kondisi dengan mengadakan latihan dan fun football dengan beberapa klub sepak bola lain di Jakarta," ujar Vincente.
Kegiatan INAF tidak sampai di situ saja. Mereka terus melakukan inovasi untuk bisa memberikan hal baru bagi para anggotanya. DI sisi berbeda kabar baik menghampiri mereka.
Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 mandatang, pada gelaran tersebut, INAF didapuk menjadi duta Piala Dunia U-20 2021.
"Kalau agenda terdekat tidak ada, mungkin kami dari INAF sendiri diminta untuk menjadi duta Piala Dunia U-20 2021 mendatang dan kami dengan senang hati menerima hal tersebut dari Ketum PSSI, Mochamad Iriawan," ujar Vincente.
Agenda selanjutnya, lanjut Vicente, pada 2022 mendatang INAF bersiap ke Polandia untuk mengikuti Piala Dunia. "Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan prestasi terbaik untuk Indonesia," tuturnya.
Saat ini INAF sudah memiliki 25 anggota. Sebagian besar dari wilayah Jabodetabek. Namun ada juga orang Bandung, Medan, Palembang, dan Riau. Bahkan, beberapa daerah seperti Bali dan Jember sudah membentuk tim daerah sendiri nan terafiliasi dengan Tim Garuda INAF di Jakarta.
Dari segala kerja dan perjuangan keras melewati segala keterbatasan, rintangan, dan kondisi pandemi, merahputih.com memilih INAF sebagai salah satu Top 10 Survivor of The Year. Banyak pihak berjuang untuk negara, namun tidak semua mendapatkan penghargaan sepantasnya.
”Kami sangat bersyukur, ternyata kehilangan anggota tubuh bukan berarti kiamat,” tutup Vincente. (Hadi Febriansyah/YA/bolaskor.com)
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
150 Disabilitas Telah Menerima Pekerjaan Setelah Job Fair, Termasuk Zidan
Turunkan 'Tim Lapis Kedua' di ISG Riyadh 2025, Indonesia Yakin Bisa Bikin Kejutan
David Beckham Resmi Dianugerahi Gelar Ksatria, Diakui atas Jasanya bagi Dunia Sepak Bola dan Masyarakat Inggris
Job Fair Disabilitas Buka 107 Lowongan di Jakarta, Sasaranya Bisa Serap 300 Disabilitas
Gelar 13 Kali Job Fair, 150 Disabilitas Telah Diterima Kerja di Jakarta
21 Perusahaan Top Jakarta Termasuk BUMD Tawarkan 107 Posisi Eksklusif di Job Fair Disabilitas 2025, Simak Syaratnya
Indonesia Amankan 3 Emas di Para Badminton International 2025, Siap Buru Gelar Juara Umum
Pramono: Belum Lengkap Jadi Warga Jakarta Kalau Belum Coba Padel, Khususnya Orang Jaksel
Masuk Rangking 5 Besar, Indonesia jadi Poros Pengembangan Woodball Asia dan Dunia
Voli Putri Indonesia Raih Perak di Asian Youth Games 2025, Tim Pelatih Sebut Gaya Permainan Beda Tipis sama Jepang