IMF Peringatkan Kenaikan Harga Makanan dan Energi Bisa Picu Kerusuhan


Pemantauan harga minyak goreng. (ANTARA/Prasetia Fauzani/zk)
MerahPutih.com - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas perkiraannya pertumbuhan ekonomi global hampir satu persen. Penurunan ini, karena dampak perang Rusia dan Ukraina.
IMF memperingatkan inflasi memberikan sinyal bahaya bagi banyak negara. Bahkan, kenaikan harga makanan, energi dan barang-barang lainnya dapat memicu kerusuhan sosial, terutama di negara-negara berkembang yang rentan.
Baca Juga:
Kunci Sukses Indonesia Jaga Stabilitas Ekonomi di Mata IMF
IMF mengatakan, risiko lain terhadap prospek ekonomi termasuk perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan di Tiongkok yang dipicu oleh meluasnya penguncian COVID-19.
Dengan kondisi itu, pertumbuhan global hanya 3,6 persen pada 2022 dan pertumbuhan global jangka menengah diperkirakan menjadi sekitar 3,3 persen dibandingkan dengan rata-rata 4,1 persen pada periode 2004 hingga 2013, dan pertumbuhan 6,1 persen pada 2021.
"Berapa biaya invasi Rusia ke Ukraina? Krisis di atas krisis, dengan korban manusia yang menghancurkan dan kemunduran besar bagi ekonomi global," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina, Selasa (19/4).
IMF telah memperkirakan bahwa PDB Ukraina akan runtuh 35 persen tahun ini, sementara output Rusia akan menyusut sebesar 8,5 persen pada 2022, sementara negara emerging markets dan berkembang Eropa, termasuk kedua negara, akan berkontraksi sebesar 2,9 persen.
Kepala ekonom IMF Pierre Olivier Gourinchas mengatakan, pengetatan sanksi terhadap Rusia untuk memasukkan pembatasan ekspor energi dapat menggandakan penurunan PDB Rusia menjadi 17 persen pada 2023.

Uni Eropa, yang sangat bergantung pada energi Rusia, melihat perkiraan pertumbuhan 2022 dipotong sebesar 1,1 poin persentase, sementara Inggris menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan inflasi yang lebih persisten daripada ekonomi utama lainnya tahun depan.
IMF mengatakan, inflasi sekarang diproyeksikan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas yang disebabkan oleh perang dan meluasnya tekanan harga.
IMF memperingatkan situasinya bisa menjadi lebih buruk jika ketidakseimbangan pasokan-permintaan semakin dalam.
Untuk tahun 2022, IMF memperkirakan inflasi 5,7 persen di negara maju dan 8,7 persen di negara emerging markets dan negara berkembang, melonjak 1,8 dan 2,8 poin persentase dari perkiraan Januari.
"Inflasi telah menjadi jelas dan menghadirkan bahaya bagi banyak negara," kata Gourinchas dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
IMF Nilai Kinerja Ekonomi Indonesia Terus Menguat
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Harga Komoditas Pangan Hari Ini, Kamis 18 September 2025: Beras, Minyak dan Cabai Makin Terjangkau

Mayoritas Harga Pangan pada Rabu (17/9) Turun, Beberapa Komoditas Justru Meroket

Harga Beras Turun, Penyaluran Beras SPHP Diklaim Telah Menurunkan Inflasi

Ritel Moderen Bakal Diguyur Beras SPHP, Distribusi Dimulai September 2025

Berbagai Harga Pangan di Jakarta Berfluktuasi, Beras Premium, Minyak Goreng dan Gula Masih Alami Kenaikan

Dapat Pagu Anggaran Rp 40 Triliun, Mentan Teruskan Program Cetak Sawah Buat Swasembada Pangan

SPBU Swasta Berkontribui Alihkan Konsumen BBM Subsidi ke Nonsubsidi

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Harga Beras Meroket, Mentan Klaim Terjadi Penurunan di 22 Provinsi
