Gupta: Meskipun Berubah Haluan, Core Competencynya Harus Tetap

annehsannehs - Rabu, 19 Agustus 2020
Gupta: Meskipun Berubah Haluan, Core Competencynya Harus Tetap

Berubah haluan menjual produk yang berbeda dengan sebelumnya sah saja, asal masih dalam inti bisnis. (Foto: Pexels/Kaique Rocha)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

FENOMENA belakangan ini membuat semua orang lebih giat mencari uang. Para pengusaha maupun pekerja kantoran berusaha menambah penghasilan dengan menjual barang/jasa tambahan.

Seperti menjual masker atau hand sanitizer, menjual barang-barang bekasnya di rumah, menjadi reseller pakaian, dan lain sebagainya. Bahkan tak sedikit yang mempromosikan diri menyediakan berbagai barang yang dibutuhakn konsumen. Lantas, apakah penjual palugada (apa elu mau gue ada) dianggap buruk bagi pembeli?

Baca Juga:

Seberapa Penting Menggunakan Jasa Endorsement untuk Memajukan Bisnis?

Gupta Sitorus. (Foto Instagram GuptaSitorus)
Gupta Sitorus. (Foto Instagram GuptaSitorus)

idealnya sebuah bisnis memiliki top of mind tertentu atau diasosiasikan pada kelas kategori tertentu, menurut Gupta Sitorus, dari Greatmind.id. Hal ini juga bisa membuat pemasaran lebih mudah dan efisien. Sayangnya dalam kondisi seperti sekarang ini idealisme seperti itu terlihat pudar. Kemudian masyarakat sepertinya maklum jika beberapa bisnis harus berubah haluan untuk bertahan hidup.

"Disinilah pentingnya memahami kapasitas dan kapabilitas usaha kita. Idealnya meskipun kita berubah haluan, kita sebaiknya tetap berada dalam core competency bisnis kita. Misal kita punya perusahaan konveksi, biasanya berjualan pakaian, sekarang kita berdayakan mesin jahit dan penjahitnya untuk membuat masker. Pertama ini akan menguntungkan kita karena kita nyaris tidak perlu lagi berinvestasi untuk membuat produk baru. Kedua, dari sisi pelanggan, mereka juga lebih mudah menerima produk kita karena itu masih dalam core compentency kita," ungkap chief editor Kenduri Magazine.

Baca Juga:

Kiat Penting Menjaga Produk Agar Selalu Layak

jualan
Produk yang dijual dapat berubah tapi masih berhubungan dengan inti usaha yang dijalankan. (Foto Pexels/Terje Sollie)

Di sisi lain, Gupta menegaskan bahwa bukan berarti para pengusaha tidak boleh berubah haluan dari core competency. Dia menegaskan semua bergantung pada kemampuan dan kesempatan yang diperoleh pengusaha. Tidak ada salahnya untuk mencoba membuat bisnis baru meski sama sekali tidak relevan dengan bisnis-bisnis sebelumnya.

"Namun dari sisi pelanggan, produk baru kamu akan mendapat kesulitan lebih tinggi (untuk) diterima konsumen. Karena konsumen menilai itu bukan core competency Anda," jelas Gupta.

Founder dari Sandpiper, agensi pemasaran dan konsultan merek di Indonesia itu, menambahkan bahwa penerimaan produk baru tersebut akan lebih sulit jika pelaku bisnis sudah dikenal baik oleh publik. Jika belum, para pelaku bisnis masih bebas untuk berkreasi dan mengubah haluan. Asalkan memiliki kemampuan dan dana untuk membangun bisnis baru. (shn)

Baca Juga:

E-commerce Sebagai Tangga Naik Kelas, Mudahkah?

#Agustus New Order #Bisnis
Bagikan
Ditulis Oleh

annehs

Berita Terkait

Indonesia
Alasan Prahara Banyak Startup Bangkrut & Gagal Versi BRIN
BRIN menyoroti ketidaksesuaian antara produk yang dikembangkan startup dengan kebutuhan masyarakat sebagai faktor utama.
Wisnu Cipto - Rabu, 22 Oktober 2025
Alasan Prahara Banyak Startup Bangkrut & Gagal Versi BRIN
Indonesia
FLEI 2025 Dorong Jenama Lokal Tembus Pasar Global, Kadin Sebut Potensi Ekspor maki Terbuka
Dengan peluang yang sangat potensial, ajang tahunan ini menjadi magnet bagi pelaku usaha waralaba dan kemitraan.
Dwi Astarini - Sabtu, 11 Oktober 2025
FLEI 2025 Dorong Jenama Lokal Tembus Pasar Global, Kadin Sebut Potensi Ekspor maki Terbuka
Indonesia
Dharma Jaya Catat Lonjakan Bisnis 190 Persen Sambil Jaga Ketahanan Pangan
Dharma Jaya mencatat lonjakan bisnis 190 persen sambil menjaga ketahanan pangan.
Soffi Amira - Jumat, 03 Oktober 2025
Dharma Jaya Catat Lonjakan Bisnis 190 Persen Sambil Jaga Ketahanan Pangan
ShowBiz
‘KPop Demon Hunters’ Mewarnai Lorong Camilan di Korea Selatan, dari Mi Instan hingga Cake Bikin Perusahaan Cuan Besar
Perusahaan makanan berebut menggandeng megahit Netflix tersebut.
Dwi Astarini - Rabu, 01 Oktober 2025
 ‘KPop Demon Hunters’ Mewarnai Lorong Camilan di Korea Selatan, dari Mi Instan hingga Cake Bikin Perusahaan Cuan Besar
Lifestyle
Tersangkut Kasus Pajak, Ketua Ferrari Jalani Hukuman Kerja Sosial
John Elkann dan saudara-saudaranya, Lapo dan Ginerva, akan membayar 183 juta euro atau sekira Rp 3,53 triliun kepada otoritas pajak Italia.
Dwi Astarini - Rabu, 10 September 2025
 Tersangkut Kasus Pajak, Ketua Ferrari Jalani Hukuman Kerja Sosial
Indonesia
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting
Kopdes adalah program besar yang mahal dan berisiko, sehingga pemerintah perlu test the water dengan melakukan piloting
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 21 Juli 2025
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting
Indonesia
Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024
Sejalan dengan itu, kinerja operasional KAI terus menunjukkan tren perbaikan yang konsisten dan berkelanjutan.
Dwi Astarini - Selasa, 01 Juli 2025
Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024
Indonesia
Indonesia Ingin Ada Peluang Bisnis Baru Dengan Prancis
Prancis dan Indonesia dapat memberi sumbangan yang baik kepada stabilitas geopolitik dan geo ekonomi.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 28 Mei 2025
Indonesia Ingin Ada Peluang Bisnis Baru Dengan Prancis
Indonesia
Tupperware Hentikan Bisnis di Indonesia Setelah 33 Tahun Beroperasi
"Keputusan ini adalah bagian dari langkah global perusahaan," tulis Tupperware.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 13 April 2025
Tupperware Hentikan Bisnis di Indonesia Setelah 33 Tahun Beroperasi
Indonesia
Biang Kerok IHSG Anjlok, Dari Ketegangan Geopolitik Sampai Perang Tarif Uni Eropa dan AS
Pengamat pasar saham menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan IHSG turun lebih dari 6 persen.
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 18 Maret 2025
Biang Kerok IHSG Anjlok, Dari Ketegangan Geopolitik  Sampai Perang Tarif Uni Eropa dan AS
Bagikan