Menurut Wiranto, berdasarkan rangkaian peristiwa hingga kerusuhan pecah, pihaknya melihat ada upaya membuat kekacauan nasional.

Hal itu, kata dia, terlihat dari pernyataan tokoh-tokoh yang kemudian menyalahkan aparat keamanan atas jatuhnya korban jiwa.

Wiranto melihat ada upaya membangun kebencian hingga antipemerintah.

Menko Polhukam Wiranto menegaskan akan menindak dalang kerusuhan 22 Mei
Menko Polhukam Wiranto menegaskan akan menindak dalang kerusuhan 22 Mei (Dok. Sekretariat Kabinet)

Padahal, kata dia, ada aksi brutal yang dilakukan kelompok lain selain pengunjuk rasa adalah preman bayaran.

"Mereka menyerang petugas, merusak asrama Polri di Petamburan, membakar sejumlah kendaraan, dan aksi brutal lain," ujarnya.

Ia juga menduga ada skenario sehingga pemerintah memastikan melakukan investigasi terhadap kericuhan 22 Mei.

"Ada niatan atau skenario untuk membuat kekacauan dengan menyerang petugas, membangun antipati pemerintah dan membangun kebencian pemerintah yang sedang melakukan upaya kesejahteraan," tutur Wiranto.

Wiranto juga menyebut pelaku kericuhan yang terjadi itu oleh preman-preman bayaran.

Polisi mengungkapkan bahwa kericuhan tersebut sengaja dirancang (setting), berdasarkan pengakuan sementara dari para pelaku yang telah ditangkap. Sedikitnya 257 orang pelaku kericuhan yang ditangkap itu telah ditetapkan sebagai tersangka.

Sebuah mobil ambulans putih bergambar partai politik, dari Tasikmalaya, Jawa Barat, juga telah disita dan di dalam mobil itu ditemukan tumpukan batu, berbagai peralatan lain, serta amplop berisi uang.

Polri menduga massa yang membuat kericuhan di sejumlah titik itu merupakan massa bayaran.

"Bukan peristiwa spontan tapi 'by designed', 'setting'-an. Diduga ini massa 'setting'-an, massa bayaran untuk menciptakan rusuh," ucap Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol M Iqbal.

Massa yang menyerang polisi rata-rata berasal dari luar Jakarta dan mengaku dibayar
Massa yang menyerang polisi rata-rata berasal dari luar Jakarta dan mengaku dibayar (MP/Rizki Fitrianto)

Polisi menemukan uang sebesar Rp6 juta dari massa bayaran tersebut.

"Ditemukan di mereka, amplop berisikan uang totalnya hampir Rp6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menguatkan indikasi tersebut.

Lanjut Baca lagi