Berjalan menuju sebuah kamar yang hanya ditutup oleh selembar kain putih, yang sudah kurang layak. Di sana, ada sesosok anak kecil, yang kira dugaan masih berumur sekitar delapan bulanan. Benar-benar masih sangat dini sekali Urip, anak Sulastri. Namun, bersyukur karena Urip tidak rewel seperti anak lainnya.

Sulastri segera mengganti pakaian, melepas baju yang ia kenakan. Dan di saat itu, saking bahagia, ia sampai lupa bahwa ada seorang lelaki yang berada di dalam rumahnya. Duduk tepat di mana Sulastri menanggalkan bajunya.

Badan yang putih bersih, kulit yang halus, serta rambutnya yang panjang terurai membuat Pocel diam menganga seketika.

Ya! Nampak dari belakang Sulastri terlihat begitu jelas memakai bra berwarna merah muda. Perpaduan warna yang menggairahkan, sangat. Pikiran kotor Pocel, sudah berada di awang-awang kenikmatan.

Kembali kepada Sulastri, dia yang tidak sadar kalau tubuhnya yang indah itu sedang diperhatikan oleh manusia bejat seperti Pocel. Tiba-tiba sang anak yang masih kecil menangis. Sebagai seorang ibu, pasti tahu betul apa yang harus dilakukan. Apalagi kalau bukan menyusui.

Masih dengan ketidaksadaran Sulastri. Ia yang spontan, kemudian membuka lagi alat penyangga dada. Tak ayal semakin membakar birahi Pocel yang kian menggelora. Pocel melangkahkan kakinya mendekat ke tirai yang usang. Kain tirai yang menjadi penutup kamar sekadarnya. Dengan sangat hati-hati Pocel berjalan, dan benar saja sudah berada beberapa inch dari tirai, mungkin jarak dengan Sulastri hanya tinggal beberapa langkah saja.

Dengan keberadaannya yang dekat, tentu pemandangan yang tidak patut dilihat semakin jelas ditatap.

Tubuh Sulastri sudah tidak terjaga, ditambah dengan ia yang agak menikmati setiap hisapan si Urip kecil yang sedang disusuinya. Melihat hal demikian, pikiran dan niat kotor Pocel tak bisa terelakkan.

Pocel masuk perlahan, mendekat Sulastri yang lagi dan lagi, tidak menyadari sosok lelaki bejat pembawa duka, nantinya. Setelah berada satu langkah dari Sulastri, Pocel memegang pundak Sulastri.

Bagaimana perasaan Sulastri? Kaget tentunya. Namun, karena memang dari awal dia sudah mempunyai rasa terhadap Pocel, akhirnya hanya bisa berkata, "Eh, Mas. Mau apa.. Aduh! Keluar dari kamarku, Mas. Aku takut warga tahu."

Bukannya takut, Pocel malah semakin mendekat ke telinga Sulastri sambil berbisik, "Tenang, Su. Kalau kamu ndak berisik, pasti warga ndak tahu. Lagipula, sekarang ini masih jam tujuh pagi. Warga punya kesibukan masing-masing."

Sulastri terdiam, posisi Urip masih sama seperti yang awal, berada di dekapan payudara ibunya. Pocel pun tidak mau kalah bagian, ia mengambil kesempatan yang tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Disentuh tubuh Sulastri perlahan, mencium pundak, leher kemudian turun lagi ke pundak, dan sampai pada waktu di mana satu tangan Pocel meremas kantung susu Sulastri yang terbebas dari mulut Urip, anaknya.

Sulastri terbuai, terjadilah peristiwa yang sangat tidak dihalalkan.

Takut kehilangan kepercayaan, Pocel yang sudah merasa puas berkata, "Aku akan menjaga dan mencintaimu sepenuh hatiku. Yakinlah."

Karena sudah merasa ternodai oleh lelaki jalang ini, Sulastri menjawab, "Iya, Mas. Aku pun demikian. Aku akan lakukan apa pun untukmu. Asal, kamu jangan pernah tinggalkan aku. Berjanjilah!"

Untuk meyakinkan, Pocel menjawab, "Iya, Su. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu dalam kondisi dan situasi apa pun. Tapi, kamu juga berjanji akan melakukan apa pun untukku."

Bisikan iblis penggoda akhirnya disempurnakan dengan tindakan mereka berdua.

Ya! Mereka lah aktor, aktris, dan sekaligus menjadi sutradara dalam adegan terhina itu. Setelah sama-sama selesai. Sulastri pergi mandi. Dan sekali lagi, karena keindahan tubuhnya, membuat nafsu Pocel kembali mencuat.

Salahnya memang pada Sulastri. Beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi yang berada di samping kamar tanpa menggunakan pakaian sehelai pun. Siapa orang di zaman sekarang yang tidak bergairah. Pocel pun beranjak dan menyusul Sulastri ke ruang sebelah. Kembali, mereka bercinta di dalam kamar mandi.

Lanjut Baca lagi