Hasilnya, pada kelompok intervensi, para peserta dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sebanyak 46% setelah lima tahun kemudian. Namun, setelah 15 tahun kemudian, malah lebih banyak pria dari kelompok intervensi yang meninggal dunia ketimbang kelompok kontrol.
Temuan itu membuat para peneliti terkejut. Mereka pun mencoba kembali melakukan penelitian pada 2014. Ternyata ada yang terlewat. Mereka tidak mengikutsertakan data kegiatan melancong para peserta, alias liburan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hingga 2004, kelompok intervensi memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dari 2004 hingga 2015, tingkat kematian di kedua kelompok itu sama.
Rupanya risiko kematian kelompok intervensi lebih tinggi sebanyak 37%. Ya, semua gara-gara mereka tidak memiliki cukup waktu untuk liburan. Dalam periode waktu 1974 hingga 2004, mereka hanya dapat berlibur selama kurang dari 3 minggu.