Menimbang Layanan Putar lagu Digital
Penyanyi perempuan paling berpengaruh Taylor Swift pernah berang lantaran seluruh lagu di album terbaru bertajuk 1989 pada tahun 2014 silam bisa dinikmati secara cuma-cuma alias gratis di platform Spotify. Ia pun berekasi melalui label, Big Machine, menarik seluruh katalog lagunya dari layanan putar lagu digital asal Swedia tersebut.
"Musik adalah seni, dan seni itu penting dan langka. Yang penting dan langka itu sangat berharga dan harus dibayar," kata pelantun tembang 'Delicate' dikutip Wall Street Journal.
Keputusan penyanyi bernama lengkap Taylor Alison Swift berpisah dengan Spotify menggemparkan jagat indutsri musik digital. Kemunculan layanan putar lagu digital kemudian tak lagi digadang-gadang menjadi dewa penolong bagi para musisi di era digital.
Tak cuma Swift, beberapa musisi kenamaan pun merasa hanya beroleh pendapatan sangat sedikit dari Spotify, sementara lagunya sering diputar. "Dibayar £ 8 untuk 90.000 putar. Persetan Spotify!" cicit musikus asal Inggris, Jon Hopkins, pada akun resmi Twitter @Jon_Hopkins_.
Tak kalah hebat, pemusik dan penulis lagu Thom Yorke, Radiohead, pernah mencerca hubungan tak sepadan musisi dengan Spotify. Ia bahkan secara tegas mengajak para musisi untuk melawan platform buatan Daniel EK.
Yorke beranggapan jalinan Spotify dengan industri rekaman bak "Kentut terakhir dari mayat sekarat".
Pernyataan Yorke, menurut jurnalis Rolling Stone, Tim Ingham, tak sepenuhnya benar sebab industri musik belum 'mati' dan menjadi 'mayat' kemudian di saat bersamaan pula basis pengguna Spotify telah tumbuh pesat. Hingga kuartal ketiga 2018 jumlah pelanggan berbayar Spotify mencapai 87 juta. Sedangkan pelanggan non-berbayar adalah 191 juta.