2. Kerusakan gigi dan demensia

Gula membuat kecanduan tapi masih mudah dan legal untuk dikonsumsi di mana-mana. (Foto: 123RF/Dmitrii Shironosov)
Gula membuat kecanduan tapi masih mudah dan legal untuk dikonsumsi di mana-mana. (123RF/Dmitrii Shironosov)

Ada bukti yang berkembang bahwa konsumsi gula berlebih dapat berkontribusi pada bentuk demensia seperti penyakit Alzheimer. Mana yang lebih dulu terjadi hanya merupakan hubungan lintas bagian yang mencurigakan antara tingkat asupan gula yang dilaporkan lebih tinggi di antara pasien dengan demensia, sekarang menjadi hubungan yang didukung oleh penelitian laboratorium yang cermat yang menunjukkan jalur biologis di mana diet tinggi gula dapat secara langsung merusak otak.

Salah satu hubungan terpenting melibatkan efek gula pada kerusakan gigi. Di antara banyak efek negatif pada kesehatan mulut, gula berkontribusi pada radang gusi. Sementara setiap dokter gigi akan memberi tahu bahwa gingivitis adalah kondisi kesehatan serius dengan efek yang lebih mengerikan pada otak baru saja ditemukan. Sebuah penelitian menunjukkan, bakteri gingivitis dapat melewati sawar darah-otak dan berkontribusi pada protein otak yang terkait dengan Penyakit Alzheimer.

Baca juga:

Manfaatkan Madu untuk Jaga Kecantikan

3. Perubahan Mikrobioma dalam Perut

Hampir semua makanan dan minuman yang dijual, apalagi yang dalam kemasan, mengandung gula. (Foto: 123RF/erika8213)
Hampir semua makanan dan minuman yang dijual, apalagi yang dalam kemasan, mengandung gula. (Foto: 123RF/erika8213)

Mikrobioma di usus kita terkait dengan peningkatan sejumlah kondisi kejiwaan, antara lain kecemasan dan depresi, ADHD dan autisme, dan demensia. Meskipun para peneliti masih jauh dari mengetahui jenis dan kombinasi optimal mikroorganisme untuk dihuni di perut dan usus manusia untuk meningkatkan kesehatan yang baik, gula tampaknya memiliki setidaknya dua efek negatif: menurunkan keragaman bakteri, dan juga mempromosikan mikroorganisme yang terkait dengan peningkatan peradangan yang berujung pada bahaya lain. Tingkat peradangan yang lebih tinggi dapat menyebabkan gejala depresi.

Lanjut Baca lagi