Dari Yunani, resep gingerbread kemudian menyebar ke berbagai peradaban. Pada 992, seorang biarawan dari bagian barat Yunani membawa serta resep tersebut ke Prancis. Selama tujuh tahun tinggal di Prancis, sang biarawan membagi ilmu membuat gingerbread ke warga Nasrani setempat.
Sementara itu, di daerah asal jahe, Tiongkok, gingerbread baru dikenal pada abad ke-10.
Tak berhenti di sana, pada abad ke-13, resep kue jahe merambah Swedia. Imigran Jerman lah yang membawanya ke sana. Para biarawati Swedia biasa memanggang kue jahe sebagai penawar masalah pencernaan.
Hal itu tidak mengherankan karena kandungan jahe di dalamnya punya manfaat membantu menyehatkan pencernaan. Itulah yang membuat kue ini jamak dijual di apotek, biara, dan pasar petani di kota. Di abad pertengahan Inggris, gingerbread memang dipercaya punya manfaat pengobatan. Saking terkenalnya gingerbread di 'Negeri Ratu Elizabeth' itu, sampai-sampai ada Market Drayton di Shropshire, Inggris, yang diklaim sebagai 'rumah bagi gingerbread'.
Setelah Inggris, giliran Amerika yang merasakan nikmatnya gingerbread. Di daerah bekas koloni Inggris ini, kue jahe baru dikenal di abad ke-18. Para perantau Eropa membawa gingerbread ke Amerika. Di negara ini, resep gingerbread kemudian ditambah molase yang lebih murah ketimbang gula serta bisa membuat kue lebih lembut.